42. Sebuah Fakta

27.6K 3.3K 1K
                                    

[Kalau bisa, bacanya sambil dengerin multimedia ya]

Harusnya dari awal aku paham, jika yang kamu cintai memang dia, bukan aku.

▪️▪️▪️

Kini Mili sudah sampai di depan rumahnya, dengan langkah tanpa semangat Mili berjalan lalu mengetuk pintu rumahnya. “Ma!”

“Kak Melo!” Mili terus mengetuk pintu rumahnya, tetapi masih saja tidak ada jawaban. Mili menatap derasnya hujan yang belum juga ingin berhenti membasahi Ibu Kota malam ini. Mungkin, sang hujan ingin mewakilkan perasaannya yang sungguh tak bisa ia jelaskan.

Mili tidak tahu betul siapa sosok Rana sebenarnya, tetapi yang Mili tahu, Rana pasti memiliki posisi yang penting di dalam hidup Arka. Dapat Mili baca dari tatapan serta perilaku Arka, Arka tidak mungkin bersikap semanis itu jika gadis itu tidak memiliki tempat khusus di hatinya.

Namun jika memang Arka mencintai gadis itu, mengapa ia berlaku seolah mencintai Mili?

Mengapa ia harus berkata jika ia mencintai Mili jika kenyataannya justru berbanding terbalik 180 derajat dari kenyataannya?

Terkadang, cinta memang tidak bisa ditebak, terkadang cinta memang suka membuat kejutan yang tak masuk akal.

Rasanya baru kemarin, cinta seakan membuat Mili merasa menjadi gadis paling bahagia di semesta ini, tetapi dengan cepat semuanya berbalik menjadi suatu rasa menyakitkan yang membuatnya tersiksa.

Tersiksa dengan kenyataan yang mau tak mau harus di terima, jika yang dicintai memang tidak memiliki perasaan yang sama, mau tak mau harus menerima kenyataan jika nyatanya ia jatuh cinta sendirian.

Mili kembali mengetuk pintu rumahnya. “Ma!”

Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya memanggil Mili dari seberang sana. “Mili!”

Mili menatap sosok itu seraya tersenyum paksa, iya, sosok itu adalah Tante Anggi. Ia melambai lalu mengisyaratkan Mili untuk menghampirinya. Mau tak mau, Mili berjalan menghampirinya.

“Mama sama Kakak kamu lagi ke luar sebentar, tadi Mama kamu nitip kamu ke Tante,” ujar Tante Anggi seraya menatap Mili hangat.

Mili mengangguk lemah. “Oh, iya, Tante.”

Tante Anggi menatap mata Mili yang tampak sembap dengan bingung. Ia menyentuh bahu Mili seraya mengamati wajah Mili. “Mil, kamu kenapa?”

“Kamu habis nangis?”

Mili menggelengkan kepalanya. “Enggak kok, Tante. Mili cuma ngantuk aja.”

Tante Anggi mengangguk setengah percaya lalu kembali tersenyum. “Oh iya, kata Mama, tadi pagi kamu cari Tante ya? Ada apa?”

Mili tersenyum parau, tadi pagi Mili mencari Arka, yang mungkin sama sekali tidak mencarinya. Tadi pagi Mili mengkhawatirkan Arka, yang mungkin justru tengah mengkhawatirkan gadis lain. “Enggak papa, Tante.”

“Tadi pagi Tante ke rumah Omanya Arka. Masuk yuk, Mil? Temenin Tante bikin kue,” ajak Tante Anggi.

Mili mengangguk seraya tersenyum. “Iya, Tante.”

Mili mengikuti langkah Tante Anggi, kini mereka tengah berada di dapur. Tante Anggi tampak mempersiapkan bahan-bahan kue dan mulai mengolahnya. “Tante mau bikin bolu coklat, dari kecil Arka suka banget sama bolu coklat.”

Broken Memories [Telah Diserieskan]Where stories live. Discover now