55. Tentang Perasaan

10.9K 2.1K 510
                                    

"Enggak ada yang bisa maksa perasaan seseorang buat jatuh cinta."

▪️▪️▪️

Mili membeku di tempatnya, ia menatap Tama dengan perasaan yang begitu bergemuruh di dalam hatinya. Ia tidak tahu apa yang harus ia katakan. Kini, semuanya terasa semakin rumit bagi Mili. Mili menghela napas berat lalu beranjak dari tempat duduknya dan berlari meninggalkan Tama sendiri di taman itu.

"Mili!" Tama mencoba untuk memanggil gadis itu untuk menahannya agar tidak pergi. Akan tetapi, kian lama langkah Mili terlihat semakin jauh dari pandangannya.

Sedangkan Mili, terus berjalan cepat dengan pikiran dan perasaannya yang benar-benar kalut sekarang. Sampai langkahnya terhenti di depan rumah pintu Tante Kia, Mili masuk ke dalamnya dengan langkah gusar.

Tante Kia menatap Mili bingung. Ia menghampiri gadis dan mengamati wajahnya dengan teliti, menatap ekspresi tidak bahagia dari wajah Mili. "Mil, kamu kenapa?"

Mili menggelengkan kepalanya seraya tersenyum palsu. Senyuman yang ia tunjukkan agar Tante Kia menyangka jika dirinya baik-baik saja, jika dirinya tidak memiliki masalah sama sekali, jika dirinya selalu merasa bahagia. Padahal, kenyataannya tidak seperti itu.

"Mili nggak papa kok, Tante. Mili ke kamar dulu ya?"

Terkadang, manusia memang berpura-pura untuk baik-baik saja agar tidak membuat resah orang-orang disekitarnya. Banyak juga yang memilih untuk tetap diam dan menutup masalahnya rapat-rapat karena merasa takut. Takut jika nanti bercerita, yang didapatkan justru dihakimi dan disudutkan. Atau memilih untuk diam karena sebagian orang sebenarnya tidak benar-benar peduli.

Yang Mili lakukan kali ini adalah agar Tante Kia tidak merasa khawatir. Tante Kia sudah sangat baik kepadanya, bahkan di sini ia sudah seperti ibu keduanya.

Tante Kia tersenyum hangat ke arah Mili. "Mil, mulut kamu mungkin emang bisa bohong sama tante, tapi mata kamu enggak bisa bohong, sayang."

Mili tertawa. "Mili enggak papa, Tante. Tante enggak usah khawatir."

"Oke, nanti kalo kamu udah siap untuk cerita, tante siap untuk dengerin semuanya," ujar Tante Kia seraya tersenyum hangat. Mili tersenyum, keluarga Tante Kia dan Om Rudi memang sangat hangat. Namun sayang, Tuhan belum memberikan mereka kesempatan untuk mendapatkan keturunan. Padahal, Mili yakin jika kelak yang akan menjadi anak dari Tante Kia dan Om Rudi akan merasa sangat bahagia memiliki keluarga sehangat ini.

"Mili ke kamar ya, Tante?" pamit Mili, Kia menganggukan kepalanya dan membiarkan gadis itu berjalan memasuki kamarnya.

Mili menutup pintu kamarnya. Ia menuju ke dalam kamar mandi dan membasuh wajahnya dengan air. Mili menatap wajahnya di kaca wastafel, ia memejamkan matanya, mencoba untuk memahami apa yang sedang ia rasakan sekarang. Mencoba untuk berpikir apa yang harus ia lakukan sekarang.

Mili kini melangkah mendekati kasurnya dan membaringkan tubuhnya di sana. Ia membuka kotak putih yang Arka berikan dan melihat semua foto-foto yang ada di sana. Foto itu memang hanya benda mati, tetapi benda itu mampu menghadirkan semua kenangan yang telah lalu itu kembali ke dalam benak Mili dan mampu membuatnya merasa seperti berada di masa itu kembali. Padahal, Mili sadar jika itu semua hanyalah masa lalunya dengan Arka. Yang entah akan bisa terulang kembali atau tidak.

Mili mengusap foto tersebut seraya menarik napas dalam-dalam. "I miss you, Ka."

"Maaf, karena gue semuanya jadi kayak gini. Gue enggak tahu kenapa lo masih bisa sabar dan peduli sama gue yang enggak jelas, kayak anak kecil, egois, dan cuma mentingin diri gue sendiri."

Broken Memories [Telah Diserieskan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang