21. Weird Thing

27.8K 2.6K 228
                                    

Setelah itu, Mili bergegas menuju Rumah Sakit dimana Papanya dirawat. Rasanya tempat itu menjadi tempat paling menenangkan untuknya disaat-saat seperti ini.

Ia melangkahkan kakinya untuk memasuki ruang rawat inap Papanya. Ia duduk di samping ranjang rumah sakit seraya menatap wajah pucat milik Papanya.

Mili tersenyum parau. “Pa, kapan ya Mili bisa jadi Cinderella yang bersatu sama Pangeran?”

“Kapan Mili bisa jadi Puteri Jasmine yang bersatu sama Aladdin? Atau mungkin jadi Ariel yang bisa punya pasangan kayak Prince Eric?”

Mili menatap langit-langit rumah sakit seraya menghembuskan napas dengan perlahan.

“Kapan ya, Pa, Mili bisa bersatu sama Ditto?”

“Kapan ya Ditto bisa suka sama Mili?”

“Atau, Ditto emang nggak akan mungkin suka sama Mili? Apa Mili nggak akan pernah bisa milikin Ditto?”

“Kenapa yang justru muncul mulu di hidup Mili itu Si Arka sih, Pa? Kadang Arka emang baik sih, tapi Mili nggak suka kalo Arka terlalu ngatur-ngatur hidup Mili, apalagi kalo ngelarang-larang Mili buat suka sama Ditto.”

“Padahal, dia ‘kan nggak punya hak buat ngelarang Mili buat suka sama siapapun.”

“Lagian, Mili nggak punya perasaan apa-apa sama Arka.”

“Mili capek, Pa.”

“Mili kangen sama Papa, kangen bisa banyak cerita sama Papa. Papa cepet sembuh ya.” Mili tersenyum miris lalu meletakkan pipinya di tangan Papanya. Tak lama kemudian, gadis itu terlelap tanpa ia sadari.

Terlelap dengan perasaan yang sungguh tak dapat ia jelaskan.

Setelah beberapa jam berlalu, Mili membuka matanya. Ia menatap apa yang ada di sekelilingnya, ia masih di rumah sakit sekarang. Ia pun menatap jam tangan yang terlekat di pergelangan tangan mungil miliknya. Sekarang waktu menunjukkan pukul 9 malam dan ia belum pulang.

Pasti Mamanya akan marah, apalagi ia tak kembali bersama Arka. Sosok paling menyebalkan menurut Mili.

Mili segera mengambil tasnya dan dengan cepat berjalan keluar dari ruangan tersebut. Namun matanya membulat ke arah sosok Arka yang justru duduk di ruang tunggu. Untuk apa ia disini? Apakah ia menunggu sedaritadi? Ia menunggu berjam-jam hanya untuk Mili? Apakah itu karena ia peduli dengan Mili?

Jika iya, mengapa juga ia harus peduli dengan Mili?

Ia menatap malas Lelaki itu, tanpa berkata satu patah kata pun ia segera bergegas melewati Arka.

Arka menarik napas berat lalu menatap Mili dengan tatapan yang benar-benar dingin. Tatapan Arka memang biasanya dingin, namun kali ini mata itu menatap Mili lebih dingin dari biasanya.

Jika diibaratkan, Arka bagaikan es yang kembali membeku setelah beberapa saat mencair.

“Ayo pulang.” Suara Arka membuat langkah Mili terhenti. Ia menoleh ke arah Arka.

“Mau ngapain lagi sih lo disini? Gue ‘kan udah bilang, nggak usah ganggu gue lagi,” ujar Mili.

Arka masih tetap dengan ekspresi dinginnya. “Ini udah malem.”

“Terus kenapa? Gue udah gede dan bisa jaga diri.”

“Jadi nggak usah sok peduli sama gue,” lanjut Mili.

“Gue nggak peduli sama lo,” ujar Arka dengan nada menohok.

“Nyokap lo, nyuruh lo buat bareng gue, berarti dia ngasih tanggung jawab ke gue buat jaga lo.”

“Bukan berarti gue peduli sama lo.”

“Emang lo pikir lo siapa?” tanya Arka yang seakan membalikkan apa yang Mili katakan pada Arka sore tadi.

Karena kesal dan malas berdebat, Mili segera berjalan menuju area parkir. Begitu juga dengan Arka.

Tanpa berkata apapun lagi, sesampainya disana Mili langsung menaiki motor Arka. Motor itu pun segera melaju pergi dari koridor rumah sakit.

Di atas motor, keduanya hanya saling diam. Tak ada yang berbicara sama sekali.

Hingga beberapa menit kemudian, motor Arka berhenti di depan rumah Mili. Mili turun dan menatap sejenak Lelaki yang ada di hadapannya. Setelah itu, ia langsung memasuki rumahnya.

Arka menatap langkah Mili dari belakang hingga sosok itu sudah tak dapat dijangkau lagi oleh matanya. Tante Anggi terlihat keluar dari rumahnya lalu menghampiri putranya yang masih di atas motor.

“Ka, kok baru pulang jam segini?” tanya Tante Anggi lembut.

“Iya, tadi Mili ke rumah sakit jenguk Papanya. Tolong bilang ke Tante Vena juga ya, Ma,” jawab Arka.

Tante Anggi mengangguk mengerti. Namun wajah putranya itu seakan menunjukkan jika ia tak baik-baik saja. Tante Anggi mengerutkan dahinya. “Kamu kenapa?”

Arka menggeleng. “Nggak papa, Arka mau cek kafe dulu ya, Ma?”

Tante Anggi mengangguk, tak lama setelahnya, Arka mengegas motornya menuju kafe milik Papanya yang kini diamanatkan untuknya. Itu karena Adrian—Kakaknya harus kuliah ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikannya. Sedangkan Papanya sibuk di luar kota mengurus berbagai urusan bisnis yang menumpuk.

Sesampainya di Blurry Café, Arka membuat segelas kopi hangat untuknya. Keno menatap Arka segan.

“Loh, Bos, kok bikin minuman sendiri?” tanya Keno.

Arka tersenyum. “Nggak papa.”

Arka langsung duduk di kursi tengah. Suasana kafe malam ini tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa pengunjung yang datang dan sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.

Sedangkan Arka hanya menyeruput pelan kopi miliknya seraya menggulirkan ponselnya dengan perlahan. Tak lama kemudian, sosok Sam datang dari arah luar kafe lalu duduk di depan Arka.

“Woi, ngapain lo?” tanya Sam, namun Arka tak menjawab.

Ia tertawa. “Kenapa lo? Kusut amat muka lo kayak jemuran tetangga.”

Arka sejenak menatap Sam. “Apaan sih lo?”

“Kenapa? Lo berantem ya sama cewek baru lo itu?” tanya Sam.

“Lagi juga gue bingung deh, lo ngakuin dia jadi pacarnya. Tapi dia bilang kalo lo cuma ngaku-ngaku jadi cowoknya dia. Sebenernya, lo sama dia itu gimana sih?”

Arka kembali melihat Sam. “Kepo lo.”

Sam tertawa canggung. “Lo tuh aneh banget tau nggak sih, Ka?”

“Lo nggak biasanya mepet cewek kayak gini, apalagi sampe ngaku-ngaku jadi cowoknya segala.”

“Lagian juga ya, Si Mili Mili itu ‘kan bukan tipe lo banget. Ngapain sih lo kayaknya mikirin banget tentang dia?”

“Dari orok gue kenal lo, gue udah hapal banget sama sifat lo, apalagi tipe cewek lo tuh.”

“Emang dia siapa sih, Ka?”

“Ngapain juga lo peduli sama itu cewek?” tanya Sam dengan tatapan penuh tanda tanya.

TBC

Author Note:
Arka baik banget ya mau nungguin Mili berjam-jam padahal Mili udah begitu sama Arka? Terus kira-kira, kenapa juga ya Arka sebegitu pedulinya sama Mili? Thanks for reading ❤️

Alya Ranti

Broken Memories [Telah Diserieskan]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora