32. Memorable Story

29.3K 3K 215
                                    

Satu minggu setelah kepergian Papanya, kondisi Mili sudah mulai membaik meskipun gadis itu masih suka bersedih jika mengingat hal-hal yang berkesan tentang Papanya. Namun sayangnya, hubungan Mili dan juga Mamanya belum juga membaik.

Pagi ini, harusnya Mili berangkat ke sekolah. Namun Mili tak mau, Mili hanya ingin pergi ke makam Papanya. Mili berjalan perlahan dan mengendap-endap untuk keluar dari rumahnya.

Tanpa Mili sadar, sepasang mata tengah menatapnya bingung. Iya, sosok itu adalah Arka. Ia tengah berdiri di dekat motornya untuk segera naik ke atas motor dan segera bergegas ke sekolah. Namun tingkah Mili benar-benar membuat Arka bingung.

“Lo ngapain sih?” Akhirnya Arka angkat bicara. Mili menoleh seraya meletakkan jari telunjuk di bibirnya, bermaksud untuk mengisyaratkan agar Arka tidak berisik.

“Jangan berisik,” ujar Mili dengan suara berbisik.

Arka mengerutkan dahinya. “Emangnya lo mau ngapain?”

Mili berdecak kesal lalu kembali berbisik. “Jangan berisik, nanti gue ketauan.”

“Gue mau bolos sekolah, izinin ya? Gue mau ke makam bokap gue,” jelas Mili. Gadis itu memang berniat untuk tidak bersekolah hari ini, padahal ia sudah memakai seragam lengkap dengan tas yang sudah melekat di bahunya.

Arka menghela napas sejenak seraya menggelengkan kepalanya.

Ia memakai helmnya lalu naik ke atas motor. Ia menatap lekat Mili yang ada di hadapannya. “Cepetan naik!”

Mili menggeleng. “Nggak mau, gue mau ke makam bokap!”

“Gue males sekolah!”

Arka menatap Mili lekat. “Mil, bokap lo pasti nggak akan bahagia kalo liat lo males-malesan ke sekolah kayak gini.”

“Ayo naik! Kita bisa ke makam bokap lo pulang sekolah.”

Mili menggelengkan kepalanya. “Gue nggak mau, Ka! Gue males!”

“Lo cepetan naik atau gue bilang sama nyokap lo kalo hari ini lo mau bolos sekolah?” ancam Arka.

Mili menghela napas sejenak. “Tapi lo janji ya bakalan temenin gue ke makam bokap nanti?”

Arka mengangguk pelan. “Iya.”

“Beneran?” tanya Mili lagi seraya menatap lekat Lelaki yang ada di hadapannya.

“Beneran.”

“Janji?” Mili tak berhenti bertanya kepada Arka.

Arka mengangguk seraya tersenyum tipis. “Iya, janji.”

Mili kembali tersenyum, entah mengapa pagi ini terasa begitu aneh. Mentari belum terlalu menunjukkan sinarnya pada bumi, namun rasa hangat itu seakan langsung menyeruak di dalam dadanya ketika ia menatap senyuman Arka mengembang untuknya. Bahkan rasa itu jauh lebih kuat dibandingkan saat dahulu ia tergila-gila pada Ditto kala itu.

Mili akhirnya menaiki motor Arka.

Akhirnya, Mili menaiki motor ini lagi setelah beberapa bulan hubungannya dengan Arka merenggang.

Sepertinya, Mili adalah salah satu gadis yang beruntung di dunia karena bisa menaiki motor ini. Mili yakin, tak banyak gadis yang bisa duduk berboncengan dengan Arka seperti dirinya.

▪️▪️▪️

Seharian, yang Mili lakukan hanya tersenyum-senyum sendiri. Bahkan sampai bel sekolah sudah berbunyi pun, terkadang gadis itu masih saja mengembangkan senyum di bibirnya yang sudah lama tak terlihat itu. Jovanka dan Aurel menatap temannya dengan bingung.

Broken Memories [Telah Diserieskan]Where stories live. Discover now