24. Tingkah Aneh

30.3K 2.8K 199
                                    

Sepulang sekolah, Mili kembali membuat desain baju seperti biasanya. Ia mengetukkan pensil di dagunya sejenak, lalu kembali menggambar ide desain yang ada di kepalanya.

Menatapnya, Vena menggelengkan kepalanya.

“Mil, daripada kamu bikin desain baju nggak jelas kayak gitu, mendingan kamu belajar matematika. Tadi wali kelas kamu kasih tau Mama apa aja tugas yang seharusnya kamu kerjain di rumah.”

“Kalo nggak kayak gitu, kamu nggak akan mau ngerjain tugas.”

Mili mendengus kesal. “Tapi ‘kan, Ma—”

“Nggak ada tapi-tapian!” Vena memberikan sebuah buku matematika kepada Mili. Padahal Mili sama sekali tidak mengerti dengan pelajaran matematika, menurutnya, saat belajar matematika otaknya ingin pecah saat itu juga.

Dengan susah payah, Mili mencoba untuk mengerjakan satu soal matematika yang ada di buku itu. Mili menggaruk kepalanya yang sebenarnya tak gatal. Ia mencoba untuk mengerti bagaimana caranya mengerjakan soal itu, tetapi kenyataannya ia tetap saja tak bisa mengerjakannya.

Tak lama kemudian, Tante Anggi datang menghampiri Mili. “Mil, Mama ada?”

Mili mengangguk. “Ada, Tante.”

Tante Anggi juga ikut mengangguk, ia melihat buku matematika Mili yang belum ia isi sama sekali itu. Ia tersenyum. “Kamu lagi belajar apa?”

“Matematika, Tante.”

“Bisa?” tanya Tante Anggi.

Mili menunjukkan deretan giginya seraya menggelengkan kepalanya. “Enggak, Tante.”

“Kamu mau Tante minta Arka buat ajarin kamu? Arka lumayan bisa Matematika loh, Mil.”

Mili terdiam sejenak, masa iya ia harus berdekatan dengan Arka disaat suasananya sedang seperti ini? Lagi juga, walapun Tante Anggi memintanya, memangnya Arka mau mengajarkan Mili? Sosok itu kan sangat menyebalkan menurut Mili.

“Mil?” Tante Anggi memerhatikan wajah Mili yang tampak sedang berpikir.

“Hei.” Kini Tante Anggi menepuk bahu Mili, membuat Mili tersadar dari lamunannya.

“Hah? Nggak usah, Tante. Mili coba kerjain sendiri aja.”

Tante Anggi tertawa. “Nggak papa, sayang. Ayo!”

Mili menggelengkan kepalanya lagi. “Nggak usah, Tante! Beneran! Mili bisa ngerjain sendiri kok!”

“Tadi kamu bilang nggak bisa ngerjainnya. Nggak papa kok, nanti Tante yang bilang sama Arka.”

Mili lagi-lagi menggeleng. “Nggak usah, Tante!”

“Kenapa? Karena kamu lagi berantem sama Arka?”

“Nggak kok, Mili nggak berantem sama Arka.”

“Kalo nggak, ayo.”

Mau tak mau Mili menuruti Tante Anggi, lagi juga Mamanya pasti akan mendukung Tante Anggi agar Mili belajar bersama dengan Arka.

Mili mengikuti Tante Anggi untuk memasuki rumahnya. Wanita paruh baya itu menaiki tangga rumahnya untuk menuju kamar putranya. Sesampainya disana, Tante Anggi mengetuk pintu kamar Arka.

“Ka!”

Tak lama kemudian, sosok yang sungguh tak asing bagi Mili keluar dari kamarnya. Ia menatap Tante Anggi. “Iya, Ma?”

Setelahnya, mata lelaki itu terarah ke arah Mili. Ia menatap Mili dengan wajahnya yang sungguh-sungguh datar tanpa berekspresi.

“Ajarin Mili matematika di bawah, ya? Kasian, dia nggak bisa ngerjain soal matematika tuh.”

Arka kembali menatap Mili lalu mengangguk pelan. “Iya.”

“Duluan aja,” ujar Arka dingin. Setelah itu, Mili langsung ke bawah untuk menuju ruang keluarga Arka.

Tak lama setelahnya, Arka pun ikut turun ke ruang keluarganya.

“Tante ke rumahmu dulu ya? Mau belajar resep kue terbaru sama Mamamu,” pamit Tante Anggi.

Mata Mili membulat, bagaimana bisa ia hanya berdua dengan Arka saat kondisinya sedang seperti ini?

Tanpa berkata apa-apa lagi, Tante Anggi segera keluar dari rumahnya.

Kini yang tercipta hanya keheningan, tak ada yang berbicara sama sekali. Mili hanya menatap Arka sesekali yang hanya diam saja. Anehnya, kali ini jantung Mili berdegup lebih kencang dari biasanya. Tetapi sungguh, Mili benar-benar membenci kecanggungan ini.

“Soal tentang apa?” tanya Arka yang memecahkan keheningan.

Mili menatap Arka canggung. “Tentang ujian nasional tahun lalu.”

Iya, sekarang Mili sedang menduduki kelas akhir di Sekolah Menengah Atas, dan ujian nasional akan berlangsung tak lama lagi. Oleh karena itu, guru Mili menyuruh siswanya untuk mengerjakan buku-buku tentang ujian nasional tahun lalu.

Arka mengangguk. “Lo kerjain sebisa lo dulu deh.”

“Gue mau ke toilet.”

“Ya udah.” Mili membiarkan Arka pergi meninggalkannya sendiri di ruang keluarga Arka.

Lagi-lagi Mili harus berpusing-pusing ria karena harus berkutat dengan soal matematika. Namun di saat ia sedang mengerjakan soal, ponsel Arka berbunyi karena ada notifikasi pesan yang masuk. Arka pergi tanpa membawa ponselnya.

Tanpa sengaja Mili membaca isi pesan dan siapa yang mengirimkan pesan yang masuk dari ponsel Arka.

Regina: Ka, makasih banyak ya.

Mili meneguk salivanya sendiri. Berterimakasih untuk apa?

Lagian, memangnya sebenarnya apa sih hubungan Arka dengan Regina?

Mengapa juga rasa penasaran itu harus timbul di benak Mili? Dan mengapa perasaan menyebalkan itu harus singgah di perasaan Mili?

Masa iya, Mili cemburu karena Arka dekat dengan Regina? Kan nggak mungkin! Mili kan cuma suka sama Ditto!

Beberapa saat kemudian, Arka duduk di samping Mili.

Mili menatap Arka yang terus memperhatikannya.

“Ngapain sih lo liatin gue kayak gitu?” Akhirnya Mili angkat bicara.

Arka mengalihkan pandangannya. “Siapa juga yang ngeliatin lo?”

“Emangnya lo siapa?” ketus Arka.

Sial. Lagi-lagi Arka membalas perkataan Mili kali itu. Mili hanya menatap Arka malas lalu kembali melihat buku matematika miliknya.

Namun ketika Mili tengah mengerjakan soal tersebut, Arka menatap Mili dengan lekat dalam diam.

Sedangkan Mili masih bertanya-tanya tentang apa yang ia rasakan, tentang Arka dan Regina, tentang segalanya yang berhubungan dengan lelaki menyebalkan yang ada di sampingnya.

Sebenarnya, apa yang mereka inginkan? Dan mau sampai kapan mereka akan terus seperti ini?

TBC

Author Note:
Gemes nggak sih sama Arka Mili? Rasanya pengen jodohin mereka aja. Terus kira-kira, hubungan Arka sama Regina apa ya? Kenapa kayaknya mereka makin deket? Apa jangan-jangan Arka berpaling ke Regina? Kalian #teamArkaMili atau #teamArkaRegina? Thanks for reading ❤️

Alya Ranti

Broken Memories [Telah Diserieskan]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu