18. A Mission

33.2K 2.9K 330
                                    

“Sayang bukan cuma tentang gimana lo milikin dia, tapi gimana caranya lo ngerasa bahagia disaat dia bahagia.”

▪️▪️▪️

“Kenapa lo malah nanya balik sama gue?” tanya Mili bingung.

Arka mengangguk pelan. “Ya emang lo maunya kayak gimana?”

Mili menarik napas panjang lalu menatap langit-langit Blurry Café dengan perasaan yang masih sangat tak menentu.

“Gue maunya Ditto sayang sama gue, Ka!”

“Ngapain lo masih ngarep dia bakalan sayang sama lo padahal dia udah jelas-jelas bilang kalo dia nggak suka sama lo?” Arka menatap tajam Mili.

“Itu malah bikin lo keliatan murah di mata dia tau nggak?” sentak Arka yang seketika menohok perasaan Mili.

Mili membulatkan matanya ke arah Arka. “Sembarangan aja lo bilang gue murahan! Kyla tuh yang murahan!”

“Ditto aja yang nggak bisa buka mata lebar-lebar siapa yang beneran sayang sama dia!” ujar Mili tak terima.

Arka melekatkan tatapannya kearah Mili. “Sayang bukan cuma tentang gimana lo milikin dia, tapi gimana caranya lo ngerasa bahagia juga disaat dia bahagia.”

Mili tertawa mendengar perkataan Arka lalu mendorong tubuh Arka. “Drama banget sih bahasa lo!”

Arka tertawa sinis. “Hidup lo yang kebanyakan drama!”

“Kok gue?” Mili kembali tak terima dengan ucapan Arka. Kenapa sih Arka seakan nggak pernah nyaring omongannya sebelum keluar dari mulutnya?

“Iyalah, hidup lo kebanyakan drama gangguin orang pacaran,” jawab Arka.

“Nggak semua yang lo mau bisa lo milikin, Mil.”

Mili terkekeh menatap Arka. “Kalo misalnya lo mau jadi pacar gue tapi gue nggak mau gimana?”

“Nggak papa, orang sekarang kita juga udah pacaran,” ujar Arka lalu beranjak berdiri.

“Ayo balik!”

“Udah telat.” Arka berjalan terlebih dahulu untuk keluar dari koridor Blurry Café. Mili berteriak seraya mengikuti langkah Arka dengan malas.

“Kita nggak pacaran!”

“Gue cuma sayang sama Ditto!”

“Gue ‘kan udah berkali-kali bilang sama lo!”

Arka tak menjawab, ia justru memberi helm pada Mili.

“Dasar aneh!”

Arka tertawa. “Yang penting nggak gila kayak lo.”

Mili menatap Arka penuh arti, entah mengapa lelaki itu akhir-akhir ini jadi lebih sering tertawa. Padahal, sebelumnya Arka seperti es batu yang rasanya mustahil untuk bisa dicairkan.

“Nggak usah ketawa!” Mili mengambil helm itu dan memakainya. Setelah itu ia menaiki motor Arka.

▪️▪️▪️

Keesokan harinya lagi-lagi Mili kembali bersekolah. Namun hari ini berbeda, ketika bertemu Ditto, Mili sama sekali tidak menyapanya atau berusaha mendekatinya seperti biasanya. Ditto juga terlihat menjadi sangat dingin kepada Mili.

Sekarang sudah waktunya jam pulang, tetapi sekolah masih saja ramai. Hal ini dikarenakan perlombaan olahraga yang diadakan di SMA Pelita Bangsa hari ini.

Mili duduk di pinggir koridor seraya menatap Ditto yang dipaksa untuk mengikuti perlombaan sepak bola. Padahal Mili tahu jika Ditto tidak terlalu menyukai olahraga, Ditto lebih suka dengan seni lukis.

Broken Memories [Telah Diserieskan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang