13. The Greenies

31.4K 2.8K 159
                                    

Arka hanya terdiam. Lelaki itu menatap rintik hujan yang perlahan mulai reda. Ia bangkit lalu menghampiri motor miliknya, setelah itu ia memberikan helm pada Mili tanpa berbicara satu patah kata pun.

Mili menghela napas sejenak lalu mengambil helm itu dan memasangnya di kepalanya.

Motor Arka perlahan meninggalkan koridor parkir rumah sakit. Sepanjang perjalanan, tak ada yang berbicara apapun. Sebenarnya, Mili masih berkutat dengan perasaannya yang masih tak dapat ia jelaskan. Mili rindu dengan Papanya, Mili rindu saat Papanya selalu mendukungnya apapun keadaannya.

Mili mulai tersadar jika arah motor Arka kini tak menuju rumahnya. Mili menepuk pundak Arka. “Lo nyasar ya? Kayaknya arahnya nggak lewat sini deh.”

Arka menatap Mili sejenak dari kaca spion. “Gue nggak nyasar.”

Mili mengerutkan dahinya. “Terus lo mau kemana? Lo mau bawa gue kemana?”

“Nggak usah banyak nanya, nanti lo juga tahu,” sahut Arka dingin.

Mili menatap Arka tajam dari kaca spion motor Arka. “Awas aja kalo lo bawa gue ke tempat aneh-aneh, gue laporin ke polisi!”

Arka tak menyahut. Namun tak lama motor Arka berhenti di depan Blurry Café. Arka turun dari motornya, tak lama Mili mengikutinya. Mili melepas helm dan meletakkannya di atas motor Arka.

Mili menatap Arka sejenak. “Arka, ‘kan gue bilang kalo gue nggak mau ke Blurry Café sebelum lo ubah konsep lo yang super duper kuno ini!”

Belum selesai Mili bicara, Arka sudah berjalan masuk ke dalam Café. Mili berdecak kesal lalu duduk di spot yang biasanya menjadi kesukaannya.

Arka menatap Mili sejenak. “Lo tunggu disitu, jangan kemana-mana.”

Mili mengangguk malas seraya membalas tatapan Arka. Arka pun berjalan menghampiri seorang pria paruh baya yang ada di ujung sana.

“Maaf baru datang. Bagaimana konsepnya, Pak?” tanya Arka.

“Hari ini Bu Anggi memang sudah menyuruh untuk tutup Café. Katanya, hari ini memang khusus pemotretan untuk catalog. Untuk makanan yang akan di foto, sudah kami persiapkan di sebelah sana.”

Arka mengangguk lalu tersenyum tipis. “Makasih ya.”

Arka mengeluarkan kamera dari tasnya lalu menghampiri meja yang diatasnya terdapat beberapa makanan yang sudah siap untuk di potret. Arka menatapnya lalu sedikit merapikan makanan-makanan itu supaya sesuai dengan keinginannya.

Mili menghela napas malas lalu menyandarkan kepalanya di kursi. Ia membuka ponselnya dan membuka aplikasi instagram miliknya untuk menghilangkan suntuk.

Sudah 20 menit, namun Arka masih saja terlihat sibuk memotret beberapa makanan.

“Ka, masih lama nggak sih?” teriak Mili dari jauh. Arka hanya menatap Mili sejenak lalu kembali memotret beberapa makanan itu.

“Nggak punya mulut lo ya? Gue mau balik nih!”

Tak ada sahutan dari Arka. Mili menarik napas lagi lalu kembali memainkan ponselnya untuk beberapa saat dengan wajah kesal.

“Tau gitu mendingan gue pulang sendiri,” dumel Mili. Namun tiba-tiba segelas ice coffee latte ada diatas mejanya. Tangan Arka tampak meletakkannya.

Mili mengerutkan dahinya seraya menatap ice coffee latte itu. Bagaimana Arka tahu menu kesukaan Mili disini? Bagaimana Arka tahu minuman kesukaan Mili?

“Buat lo,” ujar Arka dingin.

Mili tertawa seraya mengibaskan rambutnya lalu menatap Arka. “Lo pasti ngasih racun ya ke dalem minumannya?”

Broken Memories [Telah Diserieskan]Where stories live. Discover now