3. Terjebak

46.1K 3.9K 221
                                    

Ditto emang playboy.

Iya, playboy. Cowok kelinci yang sukanya pindah hati kemana-mana tanpa pernah mikirin perasaan cewek.

Ini juga udah jadi rahasia umum. Kayaknya semua orang udah tau kalo Ditto itu playboy.

Tapi menurut Mili, Ditto itu beda. Nggak tau sih, entah emang beda atau Mili yang jadi buta gara-gara saking cintanya sama Ditto.

Tapi Ditto emang agak beda dari playboy kebanyakan. Dia nggak suka main futsal ataupun main basket terus diteriakin sama cewek-cewek sambil diambilin minum terus pamer skill biar cewek tambah histeris.

Kita semua mungkin nggak nyangka kalo Ditto berkecimpung di bidang seni lukis. Malah bisa dibilang, sebenernya Ditto udah bisa diakuin jadi pelukis.

Lukisan Ditto juga sering bikin cewek histeris. Setiap ngeliat lukisannya, rasanya semua cewek tiba-tiba pengen jadi pacarnya Ditto terus di lukis sama Ditto.

Dan itu adalah salah satu impian besar Mili yang nggak tau bisa tercapai atau nggak.

Sepulang sekolah, Ditto tengah mempresentasikan karya lukisnya di tengah lapangan atas perintah Bu Meti—guru seninya. Bu Meti ngasih tugas khusus ke Ditto buat lukis mukanya terus dipresentasikan. Katanya, Bu Meti bakal ngasih nilai A ke Ditto.

“Ya ampun Ditto, bagus banget sih gambarnya!”

“Lukisin muka gue dong!”

Benar ‘kan, baru juga Ditto mulai ngomong. Semua cewek udah histeris minta dilukisin. Selain jago ngelukis, muka Ditto juga emang ganteng sih. Kulitnya putih, tubuhnya juga proporsional. Siapa cewek yang nggak klepek-klepek liat Ditto?

Di tengah-tengah Ditto lagi presentasi, seorang gadis berlari dengan cepat menerobos keramaian. Siapa lagi gadis itu kalau bukan Mili?

“Misi dong! Nggak usah ngalangin deh!” Mili mendorong orang-orang yang ada di depannya hingga akhirnya kini ia berada di barisan paling depan.

“Yaampun keren banget sih Ditto!”

“Semangat, To!” teriak Mili histeris sehingga membuat seluruh mata tertuju kearahnya.

“Apa lo semua liat-liat? Emangnya gue diskonan?” tanya Mili ketus.

Mereka kembali melihat Ditto yang tengah mempresentasikan lukisan itu. Anehnya, Ditto tak begitu menggubris kehadiran Mili. Mereka  berhenti menatap Ditto ketika rintik hujan perlahan membasahi SMA Pelita Bangsa.

Dengan cepat, Ditto mengangkat kanvas miliknya dan beranjak untuk meninggalkan koridor lapangan agar lukisannya tak rusak. Mili lupa, ia memiliki sekotak makanan berisi roti coklat yang seharusnya ia berikan pada Ditto.

“Ditto!” teriak Mili. Lelaki itu menoleh sejenak kearah Mili.

“Nanti ya, Mil?”

“Gue sibuk nih.” Lelaki itu terus berjalan untuk meninggalkan koridor lapangan.

Tapi Mili tak akan menyerah. Ia terus berjalan cepat mengikuti langkah Ditto.

“Ih Ditto!”

“Ditto!”

“Ditto tungguin!” Mili tak berhenti mengejar Ditto tanpa melihat apa yang ada di sekitarnya sehingga ia tak sadar jika di depannya ada kolam ikan sekolah yang sangat besar sehingga kakinya terpeleset dan masuk ke dalamnya.

Broken Memories [Telah Diserieskan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang