11. Heartache

31.2K 2.9K 135
                                    

“Lo nggak akan ngerti gimana rasanya dibanding-bandingin setiap hari, gimana rasanya selalu dituntut buat jadi orang lain, gimana rasanya nggak dipercaya sama orang terdekat lo sendiri.”

▪️▪️▪️

Keesokan paginya, Mili sibuk mencari kunci mobilnya yang entah dimana keberadaannya.

“Aduh, dimana sih itu kunci mobil?” Mili menggaruk belakang kepalanya yang sebenarnya tak gatal.

Mili mencarinya di seluruh tempat yang ada di rumahnya.

“Ma, liat kunci mobil nggak?” teriak Mili. Vena menghampiri putri bungsunya seraya menunjukkan kunci mobil yang kini ada di tangannya.

“Ini?” tanya Vena. Mata Mili membulat penuh lalu menganggukan kepalanya dengan senyum yang sumringah.

“Akhirnya ketemu juga! Mili berangkat dulu ya, Ma.” Tangan Mili hendak meraih kunci mobil itu, namun Vena justru menahannya. Mili mengerutkan dahinya dan menatap Vena bingung.

“Mama, Mili mau berangkat!”

Vena menatap putrinya dengan tatapan penuh intimidasi. Setelah itu, ia tampak sedikit mendongakkan kepalanya dengan air mukanya yang tampak sangat serius. “Mobil kamu mama sita.”

Mili semakin bingung. “Sita? Kenapa?”

“Kemaren kamu pulang malem, ‘kan? Nggak izin juga sama Mama. Kemana kamu kemarin?” tegas Vena.

Mili menarik napas sejenak.

“Ma, kemarin Mili itu—”

“Kemana? Kamu pasti ke tempat yang nggak bener ya? Kamu minum-minuman keras? Pergaulan bebas? Iya?” tanya Vena bertubi-tubi.

“Kamu pikir Mama nggak tau?”

Mili menghela napas berat. “Ma, kemaren ‘kan Mama lagi pergi sama Tante Anggi.”

“Tetep aja kamu pulang larut malem! Untung aja Melo kasih tau Mama. Kemana kamu kemarin?” sentak Vena dengan intonasi yang meninggi.

“Mili cuma dateng ke ulang tahun temen Mili, Ma. Lagian jam setengah sebelas kurang Mili udah di rumah kok.”

Vena menggelengkan kepalanya. “Jam setengah sebelas malam kamu pergi keluar tanpa izin kamu bilang cuma? Jawab jujur, kemana kamu kemarin malam?”

“Mili nggak boong, Mili beneran ke ulang taun temen Mili.”

“Mana ada acara ulang tahun sampe semalem itu?” Vena masih tak percaya.

“Mama nggak pernah muda apa gimana sih? Emang dikira ulang tahun anak paud pulangnya siang-siang? Lagian, kenapa sih Mama nggak percaya banget sama Mili?”

Vena membulatkan matanya kearah Mili. “Ya gimana Mama mau percaya, kalo kamu itu Melo baru Mama percaya.”

“Kenapa sih Mama selalu aja bandingin Mili sama Melo?” tanya Mili dengan perasaan yang sudah tak dapat ia jelaskan.

“Ya karena Melo memang bisa dipercaya. Dia pinter, berprestasi, nggak pernah neko-neko, bisa masuk ke salah satu kampus terbaik di Indonesia. Sedangkan kamu apa? Cuma bisa bikin masalah! Cuma bisa bikin kepala Mama pusing tau nggak?” bentak Vena.

“Mendingan kamu berangkat sekarang. Tadi pagi Mama udah bilang Arka buat berangkat bareng kamu.”

Mili terkaget. “Arka?”

“Apalagi sih, Ma?”

“Mili ‘kan bisa naik ojek online aja.”

Vena menggeleng tegas. “Enggak, kamu harus berangkat bareng Arka! Mama udah nggak percaya sama kamu.”

Broken Memories [Telah Diserieskan]Where stories live. Discover now