57. Sudah Berakhir

Mulai dari awal
                                    

Bukannya menuruti, cowok itu tertawa seperti ada yang aneh dengan gadisnya. Tangan kiri Raden bergerak menggenggam tangan kanan Luvia.

Gadis itu menoleh, "Aku tidak bisa menyelesaikan pengobatan jika tanganku terus kamu genggam."

Cowok itu mendekat meneliti wajah Luvia, "Apa itu beneran kamu?"

Luvia heran, "Kamu itu bicara apa sih? Sudah jelas ini aku, Raden. Luvia, pacar kamu! Jangan-jangan benturan di kepalamu tadi sampai membuatmu lupa siapa aku?"

"Bukan itu, tapi genggaman ini rasanya sama dengan gadis yang terus memanggil namaku didalam mimpiku tadi."

Luvia bingung, "Kapan kamu tidur?"

Dari tadi Raden belum menutup matanya. Didalam mobil cowok itu hanya menatap dan memegang tangannya. Lalu kapan Raden bermimpi?

"Saat aku kecelakaan. Aku pingsan dan aku kira sudah meninggal. Kamu datang dan terus memanggil namaku sampai terdengar di alam lain saat aku sedang bicara dengan almarhum Kakek." Jelas Raden serius tapi Luvia tertawa mendengarnya.

"Kamu itu ada-ada saja! Kamu itu masih hidup Raden, belum saatnya kamu itu meninggal." Luvia masih tertawa.

Raden kesal, "Aku itu serius sayang. Aku tidak berbohong, kamu datang memanggil namaku dan menarikku untuk kembali!"

"Kata Kakek, kita itu adalah pasangan yang sudah ditakdirkan dan harus tetap bersama untuk melewati semua rintangan yang ada!" Tambah Raden membuat Luvia semakin tertawa.

"Sekarang kamu itu sudah pandai menggombal sampai membawa takdir segala!" Luvia berkomentar.

"Ini nih. Yang aku tidak suka, saat aku serius kamu bercanda atau sebaliknya dan terus saja seperti itu!" Kata Raden membuang pandangannya kesamping asalkan tidak ada Luvia di sana.

Gadis itu menarik pelan tangan Raden untuk mendekat. Luvia tahu kalau Raden sedang kesal, dia sedang membujuknya.

"Jika memang benar, suatu saat Papi akan mempercayaimu dan merestui hubungan kita. Benar begitu, bukan?" Luvia tersenyum manis.

Raden menatap lekat mata Luvia seakan membawa gadis itu kedalam tatapannya. Luvia terbawa oleh tatapan maut itu lalu perlahan mendekat.

Apa yang diinginkan Raden tercapai, dia juga mendekat lalu memiringkan kepalanya saat hidung mereka bertabrakan lalu keduanya saling menempelkan bibir mereka.

Perlahan bibir mereka mulai bergerak, membuka lalu menutup seperti itu berkali-kali dengan Raden yang terus memutar arah kepalanya. Luvia juga seperti itu tapi berlawanan arah dengan Raden.

Tangan Raden yang hanya diam mulai meraih pinggang Luvia dan gadis itu yang tadi memegang tangan Raden juga mulai memeluk leher cowok itu. Ciuman ini semakin dalam dengan sedikit rasa nafsu pada diri Raden.

Cowok itu mengangkat tubuh Luvia ke pangkuan tanpa melepas ciuman mereka. Tubuh Luvia ringan, sangat mudah bagi Raden untuk mengangkat dan memposisikan tubuhnya di manapun dia suka.

Luvia sama sekali tidak melarang, baginya ini adalah hadiah untuk Raden. Dia pasrah dengan apa yang Raden lakukan lakukan toh dia juga menyukainya.

Baru beberapa bulan kenal, Raden sudah membuat Luvia menjadi seperti ink. Gadis itu sedikit peka jika Raden mulai memintanya.

Luvia tahu itu dan entah kenapa dia juga menginginkannya, rasanya sangat nikmat sampai membuat kecanduan.

Gadis itu menarik bibirnya untuk mengambil oksigen mengingat pasokan Oksigen di paru-paru Luvia sudah habis. Tapi, malam ini Raden memiliki nafsu yang lebih kuat dari biasanya, dia tidak membiarkan bibir mereka terlepas sedikit pun.

Taruhan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang