15. Jadian

1.2K 95 31
                                    

Saat Luvia kelas 10 at Leuve high school....
.
.
"Kak Aldi. Kenapa kita kesini?" Luvia heran kenapa Aldi berhenti di depan Caffe.

"Kita turun." Perintah Aldi.

Soal hukuman Luvia, sudah selesai dengan baik dan inilah hasilnya dia semakin dekat dengan ketua OSIS SMA Leuve.

"Kakak sudah janji mau bantu Via mengerjakan tugas Matematika loh." Ucap Luvia memastikan.

Aldi membenarkan rambut, "Gue tahu! Ayo masuk dulu."

"Via tidak bisa Kak. Tugas Via banyak, takut dihukum nanti kalau tidak selesai." Tolak Luvia dan Aldi menariknya.

Cowok itu membawanya masuk, "Selain makan, disini juga tempat mengerjakan tugas Via. Apa lo belum pernah melakukannya?"

Luvia menggelengkan kepala belum pernah.

Sedikit susah untuk mengajaknya namun dia suka seperti anak kecil yang menggemaskan dan Aldi juga berfikir Luvia gadis yang baik, tidak mudah diajak kesembarang tempat oleh cowok.

Meraka duduk disuatu ruangan tertutupi oleh kaca, tempatnya nyaman untuk mengerjakan tugas.

"Kalau boleh jujur, baru pertama kali Via mengerjakan tugas di Caffe." Curhat Luvia membuat Aldi berhenti membaca soal lalu menatapnya kagum.

Cewek zaman sekarang tidak pernah mengerjakan tugas diluar? Sungguh Luvia memang berbeda dari yang lain.

"Lo gak merasa bosen?" Tanya Aldi menyelidiki. Luvia menggelengkan kepala.

Kembali dengan rumus yang sudah dibuatkan oleh Aldi lebih ringkas.

Dibidang matematika, Aldi Bang jagonya sampai mengikuti Olimpiade Matematika tingkat Nasional.

Luvia tidak pernah meminta dibantu, tapi Aldi yang memaksa, dia tahu nilai Matematika Luvia tidak sebagus dirinya dan ingin menambah nilai serta sebagai obat semangat dalam belajar, seperti itu rayuannya.

"Via." Luvia menoleh cepat.

"Sudah selesai 'kan tugasnya?" Luvia mengangguk.

Berkat Aldi semua tugasnya dapat terselesaikan yang mayoritas dikerjakan olehnya.

"Gue mau ngomong sesuatu sama lo." Tanya Aldi menatap Luvia.

"Mau ngomong apa Kak?" Ucap Luvia menatap Aldi.

Ditatap seperti itu membuat Aldi semakin gugup. Baru kali ini dia tidak bisa bergerak melihat tatapan mata teduh,,hanya punya Luvia yang membuat dia merasa tidak ada apa apanya.

Mencoba memegang tangan Luvia, gadis itu bingung apa yang akan dikatakan oleh Aldi.

"Gue tidak pandai rangkai kata dan tidak bisa romantis." Luvia menyiritkan dahi belum mengerti maksud perbincangan Aldi.

"Jadi, langsung saja." Aldi berdehem dan membenarkan duduknya.

"Sebenarnya.... Gue suka sama lo!" Luvia terkejut.

Suasana disini mendadak canggung, Aldi berdeham lagi memecah kecanggungan.

"Mau gak jadi.... Pacarnya Aldi?" Akhirnya Aldi bisa mengatakan itu.

Aldi menembaknya? Apakah dia sedang mimpi? Astaga, pasti ini mimpi.

Luvia merunduk, dia sudah dari awal menyukai Aldi namun dia hanya bisa melihatnya, sangat tidak mungkin untuk berjalan disampingnya. Bahkan pertanyaan itu tifak terpikiran sama sekali. Tapi, Aldi menembaknya.

"Gimana? Lo mau 'kan?" Tanya Aldi melihat Luvia hanya diam saja takut jika dia ditolak.

Gadis itu menatap Aldi yang menunggu sebuah jawaban dengan cemas. Luvia tersenyum manis, Aldi menagkap senyuman itu kalau Luvia menolaknya.

Taruhan [END]Where stories live. Discover now