56. Menempati Janji

786 39 30
                                    

"Bolehkah aku berjanji satu hal? Aku berjanji untuk mendapati semua janjiku."

>Raden<

***

"Raden."

Panggil Luvia dari perangkat telinga yang masih dipasang dan ternyata masih berfungsi dengan baik.

Suara tangis pilu terdengar membuat Raden sedikit tidak nyaman. A"Raden. Kamu bisa mendengarkan aku 'kan?"

"Aku mohon, jangan buat aku khawatir."

"Kamu adalah cowok pemberani 'kan Raden?! Kamu pasti bisa."

"Raden."


Semua panggilan itu menguatkan hati Raden untuk terus bangkit. Sepasang kelopak mata lemah ini mulai mengerjap.

Mendengar suara Luvia keluar dari perangkap telinganya membuat Raden merasa aneh.

Bukannya sedari tadi Adam yang terus menginstruksikan saat dia balapan? Kenapa sekarang bisa berubah menjadi suara gadis penakut itu? Apa yang masih belum sadar dari alam bawah sadarnya?

"Raden. Jangan buat mimpiku menjadi kenyataan. Kamu baik-baik saja kan?"


Raden belum yakin kalau suara itu milik Luvia. Tapi benar kalau itu adalah suara gadisnya, suara pacarnya, suara gadis penakut itu.

"Lu. Luvia."

Luvia tersenyum mendengar namanya dipanggil.

"Raden Kamu memanggilku? Panggil aku sekali lagi, Raden. Aku mohon."


Dengan kesadaran yang masih setengah Raden mencoba untuk memanggil nama gadis itu.

"Lu. Vi. Via."

"Luvia. Apa itu kamu? Aku tidak salah dengarkan? Benarkah itu kamu?" Tanya Raden dalam posisi yang sama.

"Iya Raden, ini aku Luvia. Gadis penakutmu."


Raden tersenyum mendengarnya, "Kamu beneran ada di sini? Aku tidak sedang bermimpi 'kan?"

"Iya! Kamu itu masih tertidur. Bangunlah, jangan buat aku khawatir dengan kondisi mu itu. Bangunlah Raden!"


Mendengar bentakan khas dari Luvia membuat Raden semakin yakin kalau ini adalah nyata.

Raden terbangun setelah beberapa saat tertidur. Suara lembut yang dia dengar seakan membuat tenaganya pulih dan mampu mengangkat motor dengan tangan kiri lalu menarik tangan kanannya.

Para penonton menjadi heboh melihat tubuh Raden yang mengalami kecelakaan hebat mulai bergerak dan terduduk di samping motornya.

Tidak lupa dengan teman-temannya, mereka juga tidak kalah hebohnya serta kagum karena mereka pikir Raden sudah meninggal. Setelah Luvia datang, Raden kembali sadar.

Kekuatan cinta mereka memang sangat kuat bahkan maut pun bisa mereka kalahkan.

"Ah! Tanganku." Rintih Raden memegangi tangan kanannya.

"Apa aku bisa melanjutkan balapan ini? Aku harus bisa!" Tekad Raden meregangkan otot tangan.

Tekad Raden bisa didengar oleh Luvia dari headset yang dia pakai. Mendengar itu membuat Luvia sedih, sampai seperti ini Raden melakukannya untuk dirinya.

Taruhan [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt