Segment 12. Mini market

1.2K 105 55
                                    

Luvia memainkan ponsel untuk menemaninya ke minimarket. Gadis itu mengambil keranjang belanjaan lalu berkeliling. Saat memilih entah kenapa keranjangnya menjadi berat. Luvia menatap keranjang sudah penuh, pandangan Luvia menatap.

"Raden!"

"Masih banyak yang harus kita beli!" Kata Raden pergi ke rak selanjutnya.

Kita?

Luvia melonggo, dia memisahkan barangnya dan memindahkan ke keranjang yang lain. "Bawa saja sendiri!"

Luvia pergi ke rak sebelumnya. Raden mengikuti kemana dirinya pergi. Dia kembali berulah dengan memasukkan barang lagi ke keranjang Luvia.

"Susu ini baik untuk menumbukan tinggi badan. Buat lo. Ambil!" Raden memasukkan ke keranjang milik Luvia.

"Ini juga. Baik untuk tulang, bagus buat lo, hanya angkat keranjang saja tidak kuat. Payah!"

"Makan buah bauhan yang banyak!"

"Ah! Ketinggalan. Ini juga sangat cocok buat lo yang pendek."

"Stop! Ini keranjang gue kenapa lo yang sewot?!" Kesal Luvia membawa keranjang berat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Stop! Ini keranjang gue kenapa lo yang sewot?!" Kesal Luvia membawa keranjang berat.

"Semua yang lo beli itu tidak sehat."

"Gue niatnya beli cemilan dan juga gue bukan babu lo suruh bawakan barang ini semua. Berat tahu!"

"Bilang dong dari tadi kalau lo keberatan. Sini gue bawa." Kebiasaan Raden selalu berbicara santai sampai membaut lawannya geregetan pengen gigit.

Luvia emosi, Raden juga harus merasakan beratnya mengangkat dua keranjang penuh dengan makanan dan minuman. Ide Luvia sangat cemerlang bukan, tapi tidak berjalan dengan lancar. Bukannya keberatan justru sangat ringan Raden membawanya. Dia berjalan santai tanpa beban dengan kedua tangan menenteng keranjang, sesekali cowok itu tebar pesona ke pembeli lain dengan menaikkan alis dan senyum menggoda. Sungguh laki-laki sejati, sangat perhatian. Membawakan keranjang belanjaan gadisnya yang sudah menunggunya dimeja kasir.

"Masnya kuat sekali." Puji Mbak kasir. Luvia membulatkan mata tidak suka, cowok seperti itu dipuji? Apa menariknya.

"Tolong ya Mbak."

"Modus." Cibir Luvia pelan, Raden tersenyum dan Mbak kasir terawa.

"Wah! Banyak sekali yang dibeli, untuk persediaan satu tahun?" Tanya Mbak kasir menghitung.

"Kalian ini pasangan?" Usul Mas pengemas barang membantu Mbak kasir. Raden tertawa malu, terkesan memang benar.

"Hahahah. Mas ini bisa saja, jadi malu." Raden merangkul pundak Luvia. Dia melepas tangan Raden, cowok itu seakan tidak mau justru menarik Luvia ke dalam pelukannya.

"Kita masih SMA mana mungkin sudah menikah? Kita masih pacaran. Doakan saja bisa sampai ke KUA." Pinta Raden mengelus bahu Luvia.

"Amiin." Kata Mbak dan Mas bersamaan.

Taruhan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang