Epilog

682 40 67
                                    

Warning!
17++
Terdapat adegan dewasa!!

.
.
Jam 10 pagi, sudah tidak asing bagi anak baik bersekolah.

Luvia tahu, membolos perbuatan tidak baik dan perbuatan yang tercela dan tidak untuk ditiru. Tapi, sekarang Luvia mengaku kalau sekolah itu sangat membosankan.

Dia ingin membolos dan menghabiskan waktu dengan Raden. Jangan ditanya, Raden pasti setuju kalau diajak membolos.

Gadis itu membereskan mejanya, memasukkan buku kedalam tas ransel warna merah marron.

Ega yang duduk dibangku samping heran. Pelajaran belum usai, guru masih menuliskan materi dipapan tulis.

"Sstt! Lo ngapain?" Tanya Ega berbisik.

Bukan Luvia yang menoleh justru Manda dan Amel yang menoleh ke Ega. Mereka juga bingung dengan apa yang Luvia lakukan.

"Lo mo kemana woi?"

Luvia selesai dengan ransel lalu menggendongnya. Dia tersenyum manis menatap mereka bertiga yang heran.

"Lindungi gue, Oke?" Nada Luvia langsung diketahui ingin melakukan apa.

Membolos. Otak mereka menerima seperti itu, Luvia ingin membolos bersaman Raden. Mereka sudah tidak bisa dipisahkan.

Amel memasang jempol dan mereka siap untuk melindungi Luvia agar tidak ketahuan.

"Semangat!"

"Good luck!"

Luvia mengangguk dan mengendap keluar dari ruang kelasnya mumpung guru yang mengajar masih menulis dalam kata lain tidak melihat Luvia keluar kelas.

Teman mau bolos malah disemangatin, 'kan aneh :v

Luvia berhasil keluar dengan mengendap endap seperti maling. Tadi itu beneran dirinya atau bukan? Nekat melakukan hal tercela seperti itu.

Saat ini lebih tidak peduli, dia ingin menghabiskan waktu dengan Raden. Hanya Raden bukan yang lain.

Dia tidak menghubungi Raden lewat ponsel seperti biasa. Luvia ingin memanggil Raden langsung ke kelasnya.

Kejutan!

Sesampainya di depan pintu kelas 2-1A, Luvia bersembunyi di balik pintu agar tidak terlihat oleh guru yang sedang mengajar.

"Raden." Panggil Luvia berbisik pada Raden yang fokus dengan ponsel di tangannya.

Seperti telepati saja, suara kecil Luvia bisa terdengar oleh Raden. Cowok itu menatap kearah pintu depan dan terkejut Luvia berani memanggilnya di depan kelas.

Dia menaikkan kedua alisnya sebagai syarat, ada apa?

Dibales dengan isyarat juga, Luvia mengayunkan tangan agar Raden mendekatinya.

Tanpa membuang waktu, Raden berdiri mengambil tas lalu berjalan santai ke arah pintu depan, tidak peduli Pak Adi yang sedang menerangkan pelajaran.

"Ada apa?" Tanya Raden sesampainya didepan pintu.

"Via bosen." Kode Luvia cemberut.

Cowok itu tersenyum dengan perubahan pesat dari pacar polosnya, ini sudah tidak bisa dibilang polos lagi. UU sudah tidak tercantum.

"Hey! Sedang apa kamu disitu?" Tegur Pak Adi melihat Raden yang berdiri di depan pintu.

Raden membalikkan badan untuk menutupi tubuh kecil Luvia lalu menatap Pak Adi dengan tersenyum lebar.

"Ada apa denganmu? Kembali ke bangkumu!" Perintah Pak Adi.

Raden masih terus tersenyum lebar. Luvia ingin melihat apa yang sedang terjadi, tangannya tetus dicekal kuat oleh Raden untuk tetap bersembunyi di belakang tubuhnya.

Taruhan [END]Where stories live. Discover now