46. Persaingan

805 37 44
                                    


"Belajarlah menjadi tenang. Karena emosi pernah membuatku kehilangan banyak hal."

>Raden<

***

Akhirnya yang ditunggu datang. Satu bulan setelah perjanjian, Aldi dan Raden berdiri didepan Dewan Juri.

Teman teman Raden termasuk Luvia sudah berada disana untuk memberikan semangat. Tidak hanya teman teman Raden saja, teman teman Aldi juga mendukung.

Sebelum masuk ke gedung, kedua pihak sekolah saling menatap sinis serta meremehkan. Dengan seragam kebanggaan, mereka saling menghujat satu sama lain.

Dari SMA Herbert, Amel paling berisik. Itu sangat diperlukan agar mereka bisa menandingi SMA Leuve.

Mereka tidak diam saja melihat hebohnya sekolah saingan. SMA Leuve juga banyak mengeluarkan cewek yang pandai dalam hal bicara dengan suara keras.

Diloby, mereka sudah membuat onar. Satpam sudah kewelahan untuk menenangkan kedua sekolah yang saling membenci.

Perjanjian yang dibuat Aldi dan Raden terdengar sampai pihak sekolah. Kecuali, balapan yang hadiahnya adalah Luvia.

Ayah Raden juga mengetahui hal itu, dia sangat bangga dengan putranya. Tapi Burhan hanya bisa tersenyum diruanganya. Dia tidak datang untuk menyaksikan bahkan menyemangati.

Masih banyak pekerjaan yang diberikan oleh Husain. Tidak ada waktu untuk menyaksikan Raden bertanding, dia hanya bisa nonton lewat telefisi saja.

Dia sangat yakin kalau anaknya pasti juara mengalahkan anak dari kakak kandungnya sendiri.

Dirumah Raden sudah banyak pekerja yang berkumpul didepan televisi dapur terutama Bik Suti, dia sudah berada dibarisan paling depan dari pekerja yang lain.

Dia terus mengucapkan doa agar Raden bisa memenangkan Olimpiade kali ini. Waktu lalu bisa bisanya Raden kalah dari kakak sepupunya.

Di tempat Luvia berada, dia hanya duduk disebuah ruangan lain dibawah panggung. Luvia tidak ikut bersama teman temannya yang berdiri di kursi penonton, saling menyemangati serta menyanyikan yel yel agar tidak kalah dari reporter SMA Leuve.

Bukanya tidak mau bergabung. Tapi, dia adalah Taruhan dari acara itu dibuat. Luvia tidak boleh menampakkan diri diatas panggung, begitu perjanjian yang tertulis.

Gadis itu duduk di sofa lengkap dengan telefisi yang memperlihatkan kehebohan teman temannya diatas sana. Dia terus berdoa untuk Raden agar bisa memenangkan Olimpiade ini.

Tidak hanya Luvia saja yang berharap seperti itu. Banyak yang mengaharapkan Raden bisa memenangkannya.

Doa yang dipanjatkan dari semua orang bisa dirasakan oleh Raden, kini dia sudah siap untuk dipanggil ke atas panggung.

"Jangan cemas. Kamu tidak perlu kawatir." Kata Raden memegang pundak Luvia.

Raden masih ada disini, duduk disamping Luvia untuk menengkan gadis itu. Pikiran negatif Luvia sudah berkeliaran, itulah gunanya Raden untuk menghilangkan pikiran negatif itu.

Luvia menggenggam tangan Raden, "Aku takut."

Raden tersenyum manis, tangannya mengeusap pucuk kepala Luvia sayang, "Tidak perlu takut. Aku akan menang."

"Aku harap seperti itu. Kamu harus menang." Kata Luvia.

"Iya sayang. Aku akan menang." Luvia tersenyum mendengarnya.

"Simpan senyuman manis itu. Setelah ini kamu akan terus tersenyum diatas panggung untuk memberikan hadiah padaku." Disaat seperti ini Raden masih bisa menggoda.

Taruhan [END]Where stories live. Discover now