22. Cemburu

1.1K 84 42
                                    

"Sikap baik dan ramah yang selalu dikeluarkan, justru menjadi boomerang bagi hidupnya."

>Luvia<

***

Raden memposisikan badannya senyaman mungkin, semua posisi sudah dia lakukan mulai dari miring kiri, kanan, terlentang, tengkurep sampai nyunsep tidak ada yang membuat dia nyaman untuk tidur.

Dia masih kepikiran dengan Luvia, hanya Luvia, Luvia, dan Luvia yang ada di pikirannya, dia ingin meluruskan masalah dengan cepat agar dia tetap selalu bersama. Raden tidak menginginkan Luvia pergi dari hidupnya.

Sekitar setengah tujuh pagi, Raden sudah berada di depan rumah Luvia untuk menjemput cewek yang kemaren lusa dia selamatkan.

Tidak sampai lima menit, Luvia keluar dari gerbang dengan roti isi di tangan.

"Apa yang lo lakukan disitu?" Tanya Luvia dalam keadaan mulut penuh dengan kunyahan roti.

"Kalau ngomong itu di telan dulu. Nanti kesedak dan siapa yang repot? Gue." Raden menasehati.

Luvia kesel, kenapa juga dia harus peduli? Terserah dia ingin melakukan apa. Jangankan tersedak, mau loncat ke jurang juga bukan urusannya.

Sok atuh rasanya Ah... Mantap.

Luvia menelan kunyahannya, "Kenapa ke sini?"

"Nongkrong. Jemput lo lah, bogo!"

"Gue bisa sendiri." Luvia melewati motor Raden.

Raden mengejar Luvia dengan motornya, "Naik!"

Gadis itu terkejut lalu menghentikan langkah, "Gue lagi pengan jalan."

"Naik! Luvia."

Mendengar nada bicara Raden yang berubah membuat Luvia takut lalu naik ke jok belakang motor Raden.

Baru setengah perjalanan, Raden meminggirkan motor ke trotoar, "Turun!"

Luvia bingung, "Turun?"

"Sekolah masih jauh." Omel Luvia tidak terima dirinya disuruh turun di pinggir jalan, emang dia apaan?

"Makanya turun dulu, gue jelasin."

Melihat Luvia sudah turun dari motor, dia langsung menancapkan gas ke depan dan meninggalkan Luvia sendiri di trotoar.

Luvia terkejut, dia berteriak memanggil Raden, tapi tetap aja motornya sudah melesat jauh ke depan dan meninggalkannya sendiri disini.

Gadis tersebut mengutuk dirinya karena sudah menuruti perintah cowok tidak punya sopan santun serta cowok tidak bertanggung jawab. Sekarang dia sendiri yang mendapat azab, Raden meninggalkan dirinya seorang diri di pinggir jalan.

Luvia menyeberang jalan menuju halte, moga saja dia bisa mendapatkan Bis dijam seperti ini. Semua Bis penuh bahkan tidak berhenti untuk menampung Luvia.

Di tengah kebingungannya mencari solusi seorang menghentikan motor di depan Luvia

"Kenapa masih di situ? Lo mau bolos ya?" Tanya seorang cowok di balik helm full face.

Gadis itu kebingunan dengan pertanyaan cowok ini, cowok itu kenal dirinya?

"Lo Luvia 'kan?" Tanya cowok itu melepas helm.

Cowok itu tersenyum manis. Berbeda dengan Raden ganya segaris datar tidak berekprasi, sama seperti tembok.

"Kenalin gue Reza. Anak 2-7B." Ucal Reza mengulurkan tangan.

Taruhan [END]Where stories live. Discover now