Segment 9. Noda Tanggung Jawab

1.2K 119 32
                                    

Luvia turun mencari sesuatu yang bisa dimakan. Dimeja makan ada beberapa makanan, dia tidak ingin memakannya tidak ada selera untuk makan. Dia tidak nafsu makan, tapi perutnya ingin diisi.


Gadis itu membuka kulkas mengambil beberapa buah untuk dia makan, buah lebih baik dari pada tidak makan sama sekali. Dari luar Vino berjalan menuju dapur mengambil minum tepat di belakang Kakaknya.

"Cowok tadi siapa Kak? Pacar lo?" Tanya Vino menuangkan air kedalam gelas.

Luvia tersedak, tangannya mengambil gelas dari tangan Vino lalu meminumnya habis. Vino memasang senyum masam melihat gelagat aneh dari Kakaknya.

"Pelan-pelan Kak, tidak gue ambil juga, atau bener?" Goda Vino tidak lucu.

Luvia menatap sinis, "Jangan sok tahu!"

"Kenapa lo marah?" Benar kata adiknya kenapa dia harus marah hanya soal pertanyaan seperti itu? Terkesan benar kalau Raden itu adalah pacarnya, bodoh.

"Dilarang kepo!" Jawab sinis Luvia melanjutkan makan.

"Bilangin Mami nih." Luvia melototkan mata.

Gadis itu celingukan tidak ada siapa pun disini selain dia dan adiknya, "Berani lo kasih tahu Mami, gue tampol."

"Kalau Mami sama Papi tahu, nanti gue tidak boleh sekolah lagi, jangan kasih tahu ke mereka gue mohon. Gue masih ingin sekolah." Lanjut Luvia sedih.

"Iya-iya gak bakal gue kasih tahu tapi jawab dulu pertanyaan gue tadi." Luvia diam memikirkan apa yang akan dia katakan kepada adiknya.

Vino mengambil gelas dari tangan Luvia, "Sebenarnya gue juga tidak perduli dia pacar lo atau bukan, tapi lo ingat kata Papi 'kan? Kalau gue harus tahu apa pun tentang hidup lo."

Luvia ingin menyangkal namun Vino lebih cepat bersuara, "Termasuk urusan cowok! Gue juga sempat terkejut lihat lo bisa naik motor lagi."

Anak kelas 3 SMP itu tersenyum senang bisa mengalahkan perkataan Kakaknya, biasanya dia yang kalah. "Asalkan lo tahu. Awalnya gue juga tidak mau, tapi dia terus mendesak sampai gue tidak bisa apa-apa."

"Dia mengancam gue dan apa yang membuat gue mau? Dia pake ja-" Kata Luvia terhenti mengingat sesuatu yang kurang disini.

"Jam gue! Mana jam gue! Aduh. Dia pasti lupa." Lanjutnya memegang pergelangan tangan yang kosong.

"Kemaren jadi?" Tanya Vino tidak suka dengan sikap pelupa dari Kakaknya.

Luvia menatap adiknya, "Itu masalahnya gue lupa tanyain."

'Raden awas lo besok!!' Gadis itu mengumpat dalam hati.

Vino memutar matanya malas, "Hais dasar!!"

Luvia tidak berani menceritakan apa yang sebenarnya terjadi kepada Vino, jika dia bilang kalau Kakaknya diancam dengan jam tangan. Vino akan berbuat nekat dan Luvia tidak mau Vino kenapa-kenapa.

Vino jago dalam hal berkelahi, Indra mengikutkan ke sebuah padepoan silat untuk mengasah kemampuannya untuk melindungi diri dan keluarga termasuk Kakaknya, kalau sampai Vino nekat menghampiri Raden yang emosian dia tidak rela Vino dipukuli pasti dia kalah.

***

Manda, Amel dan Luvia keluar kantin. Manda fokus dengan ponsel dan Luvia membawa cup pop ice rasa permen karet kesukaannya.

Jangan panggil Amel kalau dia tidak bikin rusuh. Memang hal itu sudah menjadi hobby tersendiri bagi Amel. Dengan iseng Amel mencubit pinggang kedua temannya, yang di cubit langsung kaget dan berbalik badan menghadap Amel.

Taruhan [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora