Segment 1. A news

2K 213 43
                                    

"Mencari kebahagiaan itu lebih sulit dari pada mencari harta"

>Luvia<

***

"Papi gak lagi bohong kan?" Indra mengangguk. Rasanya senang mendengar kabar baik dari sekian kabar buruk yang terdengar.

"Papi tidak janji kalau bisa melakukannya setiap hari. Tapi, Papi akan usahakan untuk meluangkan waktu bersama kalian." Kata Indra meyakinkan anak dan istrinya.

Luvia memeluk Indra, "Papi pulang seperti ini sudah buat Luvia senang tidak perlu setiap hari juga tidak apa apa, Luvia memahami itu."

"Mami juga boleh berkerja lagi kok, tidak harus setiap hari dirumah yang penting Mami dan Papi tidak lupa kalau ada aku dan Vino dirumah ingin menghabiskan waktu bersama." Jelas Luvia tidak memaksakan untuk menuruti permintaannya.

Indra menatap putrinya sayang, "Bukannya ini yang kamu inginkan?"

"Iya, tapi jangan terlalu sering juga. Kalian punya tanggung jawab besar diluar sana. Luvia tidak seegois itu Papi, masih banyak yang harus kalian tangani. Bukan hanya permintaan Luvia, kalian harus meninggalkan tanggung jawab besar itu." Kata Luvia yang sebenarnya.

Hera memeluk Luvia, "Jadi sekarang, apa yang putri Mami ini inginkan?"

Gadis itu memebalas pelukan Hera, "Perlukan hangat seperti ini dan makan malam bersama."

"Kau ini selalu membuat kami bingung. Terkadang ingin ini dan itu, lalu melarang ini dan itu. Dasar anak manja." Kata Hera mencubit pipi Luvia.

Indra menatap Vino yang sedang bermain ponsel, dia langsung mengambilnya agar Vino memiliki sopan santun kepada orang lain yang sedang bicara, tidak boleh bermain ponsel saat berkumpul seperti ini.

"Menurut Vino? Bagimana?"

Vino menatap kakaknya yang tersenyum bahagia, "Semua yang bisa membuat Kakak senang. Itu pilihan Vino."

Kakak dari cowok itu mendekat lalu mengacak acak rambutnya, "Makasih adikku yang terkadang sayang terkadang juga ngeselin!"

Vino melepas tangan Luvia dari kepalanya, "Itu kemampuan terpendam dari adek kakak ini."

Hal seperti ini yang diharapkan Luvia sejak dulu, walaupun harus melewatkan banyak cobaan sampai memiliki trauma mendalam.

"Luvia sayang, Mami mau kasih tahu sesuatu sama kamu," Kata Hera membuat Luvia antusias, "Mulai besok, kamu harus bangun lebih awal dan bersiap untuk ke sekolah."

Luvia terkejut mendengar itu. Sekolah? Luvia sangat menginginkan hal tersebut akhirnya dia bisa sekolah kembali seperti yang lainnya.

"Luvia tidak salah dengar? Kembali ke sekolah?" Tanyanya mendapat usapan lembut dikepala serta mengangguk sebagai jawaban.

Senyum Luvia merekah tidak bisa ditutup tutupi lagi, walaupun sedikit trauma. Tapi, jika terus menjauhkan diri itu juga sama saja tidak ada perkembangan. Justru semakin memburuk.

"Tapi, ada satu syarat." Kata Indra membuat senyum Luvia meluntur.

Indra menatapnya, "Via harus janji pada Papi dan Mami untuk mencari teman yang baik serta Via bisa membedakan sikap kepada siapa saja. Jika Via tidak nyaman atau merasa terancam tinggalkan saja cari yang lain. Setuju?"

Taruhan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang