"Kamu tidak ikhlas?"

"Ya sudah, aku kembalikan."

Wajah Raden mendekat.

Cup!

Raden kembali bibir Luvia.

Gadis itu membulatkan mata menatap Raden.

"Tidak. Aku hanya mengembalikannya saja." Seperti tahu maksud tatapan itu.

"Mana bisa gitu, yang ada kamu menciumku lagi." Ucal Luvia cemberut.

Raden masih diposisi sedekat ini, dia tersenyum manis didepan Luvia yang cemberut.

Dilihat seperti itu, Luvia tidak tahan untuk tidak menatap wajah Raden dan gadis itu mulai mendekat lebih dekat.

Kedua tangannya mulai merangkul leher Raden. Tidak tahu tubuh Luvia dirasuki oleh setan mana yang jelas dia tidak tahan menatap wajah Raden.

Cowok itu mencoba menghilangkan jarak diantara mereka. Tatapannya juga tidak beralih, sebuah senyum nakal membuat Luvia semakin tidak tahan.

Keduanya mendekat dan mencium bibir masing masing. Kali ini bukan kecupan singkat tapi ciuman.

Begitu kompak membalas ciuman demi ciuman yang mereka ciptakan. Sesekali melepas untuk mengambil oksigen dan saling menatap lalu berciuman lagi lebih dalam, saling melumatkan tanpa ada celah sedikit pun.

Tangan Raden memeluk pinggang Luvia, gadis itu semakin menarik leher Raden dan mencipkatan ciuman semakin dalam.

Raden melepas ciuman itu dan menatap Luvia. Begitu juga dengan gadis itu, posisi seperti ini membuat mereka terus bertatap.

Tidak lama kemudian Luvia tersadar dan menjauh dari Raden, dia terdiam dengan senyuman yang disembunyikan dibalik badan.

Raden tersenyum miring, "Apa lagi sekarang? Kamu juga menginginkannya, bukan salah aku 'kan?"

Gadis itu menampar lengan Raden, "Tidak. Ak.. aku tidak menginginkannya."

"Aw! Sakit, Via." Raden mengelus lengan.

"Bohong! Dipukul sama anak Gangster saja tidak sakit, giliran dipukul seorang gadis yang tenaganya  hanya seberapa baru sakit. Aneh!" Kata Luvia membuat Raden terpancing.

"Sebab, dipukul sama orang yang disayang itu lebih sakit."

"Ah! Massa?"

"Gak percaya? Sini aku pukul." Raden mengambil aba aba untuk membalas.

Tahu akan maksud Raden, Luvia terlebih dahulu menurini batu besar untuk meloloskan diri. Cowok itu juga turun dari atas batu hanya dengan satu lompatan lalu mengajar Luvia untuk membahas dendam.

Mereka kejar kejarnya seperti drakor. Luvia berlari, sesekali menoleh ke belakang melihat Raden. Tidak lupa dengan senyuman bahagia di wajahnya.

Raden tertawa melihat kelakuan Luvia, begitu bahagia walau hanya hal sederhana. Tindakan sederhana asalkan ada doi disana sudah bahagia.

Sudah beberapa kali Raden menangkap, berkali kali juga Luvia lolos. Dia terlalu bersemangat untuk bermain jadi dia dapat dengan cepat berlari lagi.

Nafas Raden terengah, sangat sulit untuk menangkap gadis yang sedang senang. Dia memilih berhenti dengan tatapan tertuju kepada Luvia, gadis itu berputar putar menikmati alam indah ini.

Dilihatnya lagi senyuman mengukir wajah Luvia, sangat manis membuat nyaman dan bisa mengendalikan emosi hanya dengan melihatnya.

Luvia berhenti berlari, melihat sebuah anak tangga untuk keatas.

Taruhan [END]Where stories live. Discover now