25. Mencoba meraih Danu

18.9K 1.9K 116
                                    

Yuhuuuuu. 1 part nih. Harusnya 2 kan?

Nanti malam semogaaaaa hahaha.

Selamat membaca
Aku cinta kris wuuu

***

Kedua tangan Dara meremas sprei di, matanya terpejam, dan napasnya tertahan di kerongkongan saat sesuatu yang kuat mulai dia rasakan. Dia tidak mau melewatkan ini. Satu-satunya kegiatan yang mampu membuat semua keluhannya terlupakan karena dia akan terfokus pada denyutan-denyutan nikmat yang bisa membuatnya meledak. 

"Buka mata kamu, Dara ...." Suara serak Danu terdengar begitu indah. Menyihir Dara untuk menurut. Kedua matanya terbuka kini, mendapati Danu yang setengah menunduk dengan kedua tangan menjadi tumpuan saat lelaki itu bergerak secepat dan sedalam yang Dara butuhkan. 

Dara lemah akan Danu dan dia menyadari itu. Melihat tubuh Danu yang lembab dan sedikit kemerahan, urat di sekitar leher lelaki itu menonjol, dan wajah yang menegang, membuat nafsunya meningkat. Tubuh Dara mengencang. Dia bahkan tidak lagi mampu menahan suara meski telah menggigit bibirnya sendiri. 

"Oh, Ma, you look so damn hot!" 

Danu menurunkan tubuhnya dan Dara tidak bisa tidak mengerang. Merasakan kulit lembab dan panas Danu menekan tubuhnya, napas panas pria itu mengenai wajah dan dadanya, serta tekanan di bawah sana yang semakin dalam, membuat Dara semakin tersiksa oleh sesuatu yang semakin dekat. Dara tidak bisa menahannya lagi. Dia meledak. Sudah yang ketiga kalinya, padahal Danu belum sekali pun. 

"That was so beautiful, right?" bisik Danu yang kini menancapkan dirinya sedalam mungkin, sesuai yang Dara butuhkan. 

Dara merasa malu karena yang ingin dia lakukan sekarang adalah menangis. Malu, karena dia memang tidak bersedih. Dia puas. Amat sangat puas. Tidak bisa mengerti kenapa dirinya justru ingin menangis. 

Danu memberi Dara waktu istirahat beberapa menit. Lelaki itu memisahkan tubuh mereka lalu beranjak dari atas tubuh Dara. Dia berbaring miring di sebelah Dara dengan tangan yang ditekuk dan dijadikan sandaran kepala. Sebenarnya, Dara yang telanjang dan terlentang merasa malu karena Danu kini bisa melihat tubuhnya dengan amat sangat jelas, terutama bagian dadanya. Namun, dia berusaha menekan perasaan itu karena faktanya Danu sekarang sudah menjadi suaminya. Lelaki yang berhak atas tubuhnya sepanjang hidupnya. Dan lagi, lelaki itu sudah sering melihatnya tanpa busana. 

Tangan Danu kini mengelus perut Dara, sedangkan milik lelaki itu, kini digesek gesekkan ke paha Dara. Danu menatap perut Dara dengan pandangan yang membuat Dara merasa hangat. Binar matanya menggambarkan kebahagiaan. Danu memang tidak pernah menyembunyikan kalau dia sangat senang atas keberadaan anak dalam kandungan Dara. 

"Aku senang dia kuat," ucap Danu.

Dara ikut tersenyum. Anak mereka kuat, itulah yang dikatakan dokter saat mereka memeriksakan kandungan beberapa hari yang lalu dan terbukti Dara memang tidak pernah mengeluhkan kandungannya. Dia sendiri takjub karena tidak merasakan perubahan yang berarti pada tubuhnya, tetapi sudah berkali-kali mendapat pernyataan bahwa benar, dia sedang hamil. Bahkan kini bayinya terlihat di layar monitor usg. Dara sering memandang hasil cetaknya saat merasa sedih dan itu membuatnya merasa tenang.

Kaki Dara kini diletakkan di atas paha Danu yang masih berbaring miring, membuat milik Danu yang masih mengeras kini menggesek kulit paha Dara bagian Dalam. Milik Dara kembali berdenyut dan membasah, karena tahu, sesi berikutnya akan segera dimulai. Dara melihat Danu dan lelaki itu langsung tersenyum miring.

"Jangan khawatir, posisi ini tidak akan membuat kamu lelah, sama sekali," ucap Danu sambil memasuki Dara secara perlahan. 

Mata Dara meredup. Meski begitu, dia masih bisa melihat cara Danu menatapnya yang begitu intens. 

"Mas ... " rengek Dara sambil menggerakkan sedikit tubuhnya. Isyarat yang langsung bisa dimengerti Danu bahwa Dara menginginkan pelukan. Danu menarik satu paha Dara dan menekuknya. Tangannya melintang di antara lekukan itu dan meremas dada Dara. Dan saat Danu mendekatkan wajah mereka, Dara sepenuhnya menyambut ciuman lelaki itu. 

Danu menjauhkan tubuhnya, membuat Dara ingin protes karena dia ingin Danu berada di dekatnya. Namun, penyatuan mereka yang semakin terasa, dan gerakan Danu yang semakin lincah di bawah sana telah membuatnya melayang dan lupa segalanya.

***

Dokter menyarankan Danu ejakulasi di luar. Namun, lelaki itu selalu lupa atau memang sengaja dan Dara terlalu lemah untuk mengingatkan. Untungnya itu tidak memengaruhi kandungannya. Dia masih baik-baik saja. Danu memberi pesan pada Dara untuk kembali ke kamar dan beristirahat setelah sarapan di depan ibu lelaki itu, membuat Dara merasa menang karena seolah-olah dia ke kamar karena paksaan Danu. 

Dia memang membutuhkan tidur yang panjang di siang hari, karena Danu cukup sering membuatnya begadang dan belakangan dia mudah sekali mengantuk. Namun, karena hari ini dia ada janji dengan Vicky, Dara memasang alarm dan bangun setelah alarm itu berbunyi. Setelah makan siang, dia menunggu Vicky di ruang tamu sambil memainkan ponselnya.

"Iya, Julia udah sampe nih, Mi."

Dara mendengar suara itu cukup jelas dan suasana hatinya kembali muram. Keberadaan Julia sekarang sangat mengganggunya. 

"Iya, Julia sengaja datangnya nggak ngasih tau Mami. Soalnya kan biasanya hari Kamis Mami nggak ada kegiatan. Julia bawa oleh-oleh nih."

"...."

"Nggak, nggak ada siapa-siapa. Kakak Ipar mungkin lagi di kamar. Kan Mami sendiri yang bilang dia taunya di kamar terus. Julia juga nggak akrab kok sama dia. Mendingan Julia nunggu Mami aja sambil main hp."

"...."

"Tau, Mami. Iya, Julia tau Dara tuh nggak sepolos yang dia tampilin. Danu bukan anak kemarin sore sampe lupa pake pengaman. Dulu iya, dia masih muda makanya bisa kebobolan. Sekarang udah 35, Mi. Nggaklah, pasti Daranya itu, yang sengaja."

Hati Dara panas. Dia sedang dituduh berbuat licik padahal di sini dia yang dipaksa menikah. Danu yang tidak membiarkan dirinya lepas. Dan kebobolan? Maksudnya, Danu pernah membuat seseorang hamil juga di masa lalu?

"Biarin ajalah, Mi. Orang yang nikah saling cinta juga bisa cerai, apalagi ini. Mungkin Danu nunggu lahiran. Nggak mau kandungan Dara lemah makanya dia baik-baikin. Mami juga, jangan streslah. Mami santai aja. Kita harus awasin mereka kan, supaya Danu nggak tertipu dan kita ikut menyesal di belakang."

Dara tidak lagi bisa menahan semuanya. Dia sengaja batuk dengan suara yang kuat agar Julia bisa menyadari keberadaannya. Usahanya memang berhasil karena suara Julia kini tidak terdengar lagi. Hanya suara langkah kakinya yang semakin jelas, lalu sosoknya memasuki ruang tamu. 

Seperti biasa, wanita itu terlihat menggoda. Riasannya terlihat jelas. Dara sendiri hanya mengenakan gaun rumah yang tadinya dia rasa cukup cantik, tetapi kini terlihat biasa saja karena dia membandingkan apa yang dia dan Julia pakai. Dalam hati, Dara berjanji akan lebih memilih pakaian yang dia gunakan kedepannya.

"Ups, terdengar ya?" Julia tersenyum lebar. "Maaf, nggak sengaja." Wanita itu mengedipkan matanya lalu beranjak pergi entah ke mana. 

Dara mengepalkan tangannya. Merasa marah dengan sikap Julia yang seakan mengoloknya, sedangkan dia tidak bisa melakukan apa-apa. Berbuat sesuatu pada wanita itu hanya akan membuat seisi rumah membencinya dan dia tidak mau itu terjadi.

Seperti kata ibunya, dia akan belajar menjadi istri yang baik dan menyeimbangi Danu hingga pernikahan mereka berhasil. Dia tidak peduli jika hatinya tercabik dan egonya diinjak. Kini, kehidupan Dara sudah berpusat pada malaikat kecil yang tumbuh di perutnya. Dia ingin mengabdikan diri menjadi ibu yang baik dan memastikan anak itu lahir di keluarga yang harmonis.

Julia hanya orang luar yang bertamu. Suatu saat wanita itu akan lelah dan fokus pada kehidupannya sendiri. Semua ini hanya sementara. 

"Selamat siang, Dara." 

Lamunan Dara terhenti saat mendengar suara Vicky. Senyum di bibir Dara mengembang dan kini suasana hatinya membaik.

"Selamat siang, Vicky," balasnya.





NB

DaraWhere stories live. Discover now