50. Drama meja makan

12.1K 1.6K 223
                                    

Hehe update lagii nihhhh

Bilang apa????

Btw aku lagi sedih soalnya kan aku lagi maniak sama Mas Danu di Good Girl yang jadi penjahat gitu. Soalnya akting dia tuh keren banget. Kalau nonton aku sukanya emang laki-laki jahat semua. Tapi, Good Girl season 4 belum masuk ke netflix, padahal cuplikannya udah seliweran di ig. Huhuuuu kepo aku tuh.

Yoweslah. 

Happy Reading



Love yeah!!!

***

Dara tidak bisa tidur lelap karena begitu sedikit terganggu, matanya langsung nyalang. Ingatan tentang keberadaan Laras di rumah membuat kantuknya sirna. Hanya saja, demi menghindari amarah sang ibu mertua, dia bertahan di kamar sambil memainkan ponsel. Dia kecewa Danu tidak membalas pesannya, hanya saja sudah mulai terbiasa dengan sikap tidak mudah ditebak suaminya itu. Akhirnya dia mengirim pesan pada Laras yang ternyata kini sudah berada di lantai dua, di kamar Nina.

Tentu saja Dara cemas. Nina dan Laras adalah dua pribadi yang berbeda. Mereka tidak akan cocok. Nina bisa saja marah karena merasa privasinya terganggu. Akan lebih cocok kalau Nina tidur bersama Julia. Hanya saja, menyarankan itu terasa lancang. Mungkin kalau Danu sudah pulang dan suana hati lelaki itu sedang baik, Dara bisa mengajak diskusi.

Dan begitu hari telah petang, Dara dengan semangat keluar kamar. Dia dan Laras kini duduk di teras samping sambil meminum teh ditemani kudapan buah-buahan yang telah dikupas dan dipotong kecil-kecil.

"Wow, ada tamu rupanya."

Suara itu milik orang paling menyebalkan di dunia versi Dara. Siapa lagi kalau bukan Julia. Dia berdiri dengan tubuh bersender di dinding pintu. Satu tangannya terlipat di dada, satu lagi terangkat sambil menggenggam gelas minuman.

"Hai, Kak Julia. Apa kabar?" Laras menyapa dengan ramah. Dia berdiri lalu mengulurkan tangan, yang hanya disambut senyum miring dari Julia.

"Simpan ramah tamahmu, karena itu tidak berlaku di sini."

Laras menarik kembali tangannya dengan bibir menekuk ke bawah, lalu mengedikkan bahu. "Orang yang posisinya rendah, biasanya memang lebih ramah kan, pada yang lebih tinggi. Itu kenapa aku harus ramah ke Kakak, dan Kakak sering ramah berlebihan pada kakakku."

Sungguh, Dara mencemaskan ini. Pertikaian antara para perempuan karena Laras memang suka mudah terpancing dan tidak ragu untuk berperang. Dia berdeham untuk memberi kode pada laras agar berhenti. Seakan paham, Laras pun memutar tubuhnya dan kembali duduk di posisi semula.

"Setidaknya kita sama," ucap Laras. "Sama-sama tamu yang tidak nyaman di rumah sendiri dan berusaha menemukan kenyamanan itu di sini."

Julia tertawa mengejek. Lalu, dia menenggak minumannya. "Usaha menyamakan posisi yang baik, adiknya Kakak Ipar. Tapi, kita tidak akan pernah sejajar. Tidak ... akan. Lihat dirimu!" Dia memasang ekspresi merendahkan, lalu memutar tubuh perlahan, dan beranjak.

Dara bisa melihat tangan Laras terkepal meski wajah adiknya itu terlihat datar. Digenggamnya tangan itu, dielusnya dengan ibu jarinya. Saat Laras menoleh padanya, Dara tersenyum.

"Jangan," ucap Laras pelan.

"Jangan apa?"

"Jangan ucapkan sesuatu ... apa pun itu, untuk menghibur Laras. Itu nggak perlu sama sekali."

"Apa kamu juga suka beradu argument sama teman kuliah?"

Laras tertawa pelan. "Itu bagus. Dengan sering berdebat, kita terlihat lebih pintar, tau!"

DaraWhere stories live. Discover now