20. Pernikahan Kilat 3

19K 2.2K 115
                                    

Selamat membacaaa

Love yeaahhh

****

"Mbak, itu moge di belakang kayaknya pasangan Mbak deh, atau orang suruhannya. Dari tadi ngekorin kita loh!"

Dara yang sedari tadi sibuk dengan pemikirannya hingga diam saja, menoleh ke belakang dan mendapati satu buah motor gede sport yang jaraknya lumayan dekat. Mata wanita itu memicing agar bisa melihat lebih jelas dan benar saja, baju yang dikenakan pengendara moge itu sama dengan baju yang Danu kenakan tadi. Jantung Dara langsung berdegup kencang. Jarinya terkepal. Dengan wajah pias, ditatapnya Laras.

Seakan memahami ketakutan Dara, Laras meraih tangan sang kakak dan menggenggamnya. "Jangan takut, Kak. Kalau dia nanti kasar sama Kakak, justru itu menjadi alasan tambahan kenapa pernikahan ini harus dibatalkan. Mertua sombong, suami ringan tangan," Laras menggelengkan kepalanya, "Kakak nggak akan bahagia dengan kedua hal itu."

"Tapi ... kamu belum kenal Mas Danu," lirih Dara. 

"Mampus!!!" Seiring dengan ucapan sang supir, mobil pun berhenti mendadak. Dara dan Laras berteriak kaget. Bahkan kepala Dara sampai membentur bagian belakang kursi di depannya.

"Waduh, gawat!" ucap si supir.

Danu sudah menyalip mereka dan menempatkan motornya di depan taksi itu. Dia telah turun dan melepaskan helmnya, membuat Dara bisa melihat wajah pria itu yang menunjukkan dengan jelas kemarahannya. Dara ciut. Dia tidak siap menghadapi kemarahan Danu, terutama di depan adiknya.

Knop pintu mobil di sisi sebelah kanan berbunyi karena hendak dibuka dari luar berulang kali. Setelah itu, Danu memukuli kaca mobil taksi dan berteriak, menyuruh Dara keluar.

"Jangan dibuka ... " cicitnya sambil mulai menangis. Dia menggenggam tangan Laras dengan erat. 

Lagi, Danu memukuli kaca mobil. Kali ini di sisi sang supir. 

"Duh, Mbak, ini telepon polisi aja apa? Anarkis pasangan Mbaknya!" keluh supir itu.

Danu berhenti memukuli kaca mobil. Lelaki itu berjalan ke arah sepeda motornya dan membuka jok, mengeluarkan sesuatu dari sana.

"Waduh! Mbak ... Mbak ... maaf, saya buka pintunya!" Si supir yang panik karena Danu kembali berjalan ke arah mobil dengan membawa obeng di tangannya pun membuka pintu. 

Keributan terjadi. Danu langsung meraih kerah baju si supir dan menariknya keluar. Mendorong tubuh pria tidak bersalah itu begitu telah sepenuhnya berdiri dan mulai memaki-maki. Laras dan Dara berteriak. Menyuruh Danu menghentikan tindakannya. Mereka keluar dari mobil, tetapi tidak berani mendekat.

Danu menghempaskan tubuh supir taksi itu dan mulai mendekati Dara yang berlindung di balik tubuh Laras. "Apa yang kamu lakukan ini membuatku marah, Dara," geram Danu, tetapi suaranya tidak sekencang saat memaki si supir taksi. Lebih pelan, hanya saja, lebih membuat Dara ketakutan.

"Mami Mas nggak suka sama aku. Dia bahkan menghina dan curiga aku ... bukan perempuan baik-baik," Dara mencoba membantah dengan suaranya yang bergetar.

"Oh ... haha," Danu tertawa dramatis, "Hanya karena keluargamu menanggapi kisah kita dengan santai, yang perlu kugaris bawahi, karena mereka tahu siapa aku, kamu merasa Mami juga harus begitu? Coba pikirkan, Dara, apa semua perempuan sama sepertimu? Menurutmu, apa Mami tidak memiliki alasan atas kecurigaannya? Tidakkah kamu terpikir bahwa sebelumnya ada banyak perempuan yang seperti itu dan berusaha menjerat aku? Lalu, bagaimana mungkin Mami langsung tahu mana wanita yang baik dan yang tidak?"

"Mas selalu begitu! Hanya karena Mas pandai berargumen, bukan berarti Mami Mas itu benar! Aku tidak seperti yang dia bilang!!!" Dara mulai terpancing emosi. Dia marah karena Danu selalu saja bisa membuat semua yang salah terasa benar.

DaraWhere stories live. Discover now