43.

13.8K 1.9K 70
                                    

Setelah berhasil meyakinkan ibunya kalau dia menyesal dan tidak akan mengulangi karena tidak mau Danu marah, Dara pun ditinggalkan sendiri. Merasa lelah karena harus memikirkan banyak hal yang tidak bisa dijangkau nalarnya, dia pun membaringkan tubuh di ranjang sambil mengelus perutnya. 

Ada kalanya dia merindukan masa lalu. Kehidupannya yang dulu. Saat masalahnya hanya pekerjaan yang tidak bergaji besar. Saat aktivitasnya hanya datang dan pulang kerja, lalu beristirahat. Sibuk melamun kenangan masa lalu, perlahan kantuk pun menyergapnya. Membuat mata Dara perlahan-lahan semakin memberat dan akhirnya tertutup.

***

Dara tidur sekitar setengah jam. Dia terbangun begitu saja dengan mata yang begitu segar. Dengan perasaan was-was karena di saat dia pergi terlalu lama sang suami yang biasanya sangan posesif malah tidak menghubunginya sama sekali, Dara segera bergegas hendak pulang ke rumah meski saat ini sedang hujan deras. Toh, dia naik mobil. Dia sudah menelepon supir untuk menjemputnya.

"Mas Danu?" Langkah Dara melambat saat melihat sofa yang letaknya di dekat tangga dengan fungsi sebagai tempat menjamu tamu. 

Danu yang tadinya sedang membaca buku pun menoleh. Dia tersenyum sambil mengulurkan tangan, yang langsung Dara sambut. Dia duduk tepat di sebelah Danu dengan posisi begitu rapat. Tangan lelaki itu melingkari pundak Dara, memeluk hangat. Seketika, Dara lupa dia tidak sedang di ruangan tertutup melainkan di lantai satu ruko keluarganya. Dia menengadah sedikit dan Danu langsung mendaratkan ciumannya.

Manis. Hangat. Menyenangkan. Karena ingin merasakannya lebih lama, dia merentangkan jemari di leher Danu, memberi kode kepada sang suami. 

"Ekhem!"

Ciuman itu terhenti mendadak dan Dara mendadak salah tingkah. Adik lelakinya yang masih mengenakan seragam pun lewat tanpa menoleh seolah sama malunya dengan Dara. dia berjalan cepat, bahkan berlari saat telah menginjak tangga.

Dara tertawa kecil lalu mencubit Danu. Lelaki itu ikut tertawa, lalu mengecupi kepala Dara beberapa kali.

"Mas kenapa ke sini?" tanya Dara dengan kepala yang dia tarik ke sisi berlawanan dengan Danu agar bisa melihat wajah sang suami dengan jelas. Wajah yang baru dia sadari, sedikit terlihat lelah. Meski tetap saja, bagi Dara kini, Danu sudah menjadi kandidat mutlak lelaki tertampan di dunia. Bulu-bulu halus di rahang dan atas bibir lelaki itu membuat Dara gemas. Membuatnya selalu memperhatikan daerah itu.

"Aku menelepon rumah dan kata mereka kamu belum pulang. Kuputuskan menjemput supaya kamu sungkan dan tidak akan pernah pergi selama ini lagi." Danu tersenyum lebar, memamerkan kehebatan strateginya.

"Tapi, kok malah baca buku?" Kening Dara berkerut. Matanya berusaha mencari buku itu untuk mencari tahu judulnya. Dan mengertilah dia mengapa Danu selalu berbicara panjang lebar seakan memberi materi kuliah. Ternyata, lelaki itu suka membaca buku berbau pengembangan diri dan psikologi.

"Aku sampai dan istriku ternyata sedang tidur. Tidak mungkin kubangunkan."

Bibir Dara dikerucutkan untuk mengejek kemuliaan hati Danu. Ejekan pura-pura, tentu saja, karena Danu memang selalu sebijak itu. Bahkan terkadang sikap terlalu pengertian Danu itu membuat Dara kesal. Dia tidak mengerti. Hanya saja, menyebalkan sekali saat dia telah menduga Danu bersikap tidak baik, ternyata malah sebaliknya. Membuatnya menduga-duga bahkan seringkali menuduh yang tidak baik.

"Ya nggak papa juga kalau dibangunin. Atau mungkin ... Mas ikut tidur."

Kepala Danu mundur diiringi mata menyipit. "Tidur yang ... bagaimana, Ma? Heum?" Dia merengkuh leher belakang Dara dan menariknya. Kembali mendaratkan ciuman.

Dara mengerti sekarang sedang hujan dan tadi malam mereka tidak melakukan itu. Tapi, mereka tidak sedang di rumah yang menjadi tempat super bebas untuk melakukan apa pun di mana pun karena keluarga Danu termasuk pekerja di rumah itu sudah maklum akan kebiasaan Danu yang suka bersikap intim. Ini di rumah orang tua Dara dan mereka di ruangan terbuka. Siapa saja bisa lewat dan melihat. 

DaraWhere stories live. Discover now