37. Ulah Danu

15.6K 2.1K 146
                                    

Dara menunggu, tetapi setelah berhari-hari berlalu, Danu tidak mengatakan apa pun juga. Sikap lelaki itu seperti biasa, seolah tidak terjadi apa pun. Dara senang. Awalnya. Karena rumah tangganya tidak harus bermasalah karena ulah sang ibu. Hanya saja, lama-lama dia gelisah. Apalagi Danu lebih sering termenung dan pulang larut malam. 

Diam Danu membuat Dara menerka. Dia gelisah. Setiap kali suaminya itu menatap lama, Dara mengalihkan pandangan karena merasa sedang ditelanjangi, membuat rasa bersalahnya semakin menggunung.

"Bicarakan saja. Toh, Danu bukan orang yang pemarah dan kamu sedang hamil. Semua akan baik-baik saja. Dibanding kamu bingung begini."

Ucapan Vicky itu ada benarnya. Mungkin jika Dara bertanya, mereka hanya akan beradu argumen alot selama beberapa saat dan saling diam untuk beberapa hari. Namun, setidaknya, setelah itu beban yang selama ini Dara pikul akan menghilang.

Dia sudah mati-matian menjaga jarak dari Lucy karena Danu tidak suka, dia juga belajar menyesuaikan diri dengan keluarga Danu yang sepertinya tidak senang jika tidak membuat orang lain tertekan, jadi dia tidak akan membiarkan masalah utang ini membuat apa yang dia perjuangkan menjadi sia-sia.

Sambil menggigit bibir atas dan meremas jemarinya dengan gelisah, Dara memerhatikan angka yang ditunjuk jam dinding. Masih sore. Kalau masih sama seperti kemarin, maka Danu akan pulang hampir tengah malam. Entah apa yang suaminya itu kerjakan di luar sana, yang jelas, Dara merasa rindu berinteraksi dengan Danu. Meski Danu tetap menyentuhnya saat lelaki itu 'ingin', tetap saja rasanya kurang.

"Sepertinya salah satu ulahmu terpergok Danu." Bukan bertanya, ibu Danu sedang menuduh.

"Sore, Mi."

Firly mendecih sambil tertawa pelan, geli dengan sikap sang menantu yang berusaha terlihat masa bodoh. Tidak ada wanita yang seperti itu. Mereka mungkin terlihat cuek di luar, padahal memendam di dalam. Awalnya Firly sependapat dengan Julia bahwa Danu hanya memanfaatkan rahim Dara saja. Namun, sekarang, pikirannya mulai berubah. Danu memanfaatkan Dara sepenuhnya. Secara keseluruhan. Dia membuat Dara menjadi seperti dirinya. Menghadapi Dara, Firly seperti memiliki anak tambahan.

"Masih sore, Danu tidak akan pulang secepat itu."

Firly berjalan menuju dispenser di ujung ruangan dan mengisi gelasnya.

"Apa keluarga ini semuanya peramal?" tanya Dara sambil berjalan mendekati Firly.

"Kami peramal tanpa indra keenam."

Dara tertawa dan Firly tersenyum. Firly ikut duduk di meja makan yang terletak di tengah ruangan, di seberang Dara.

"Danu memiliki banyak hal yang perlu dia pikirkan. Jika masalahnya tidak begitu genting, selesaikan sendiri. Sudah beberapa bulan menjadi keluarga ini harusnya kamu sudah mulai cerdas." Firly kemudian menenggak isi gelasnya.

"Nggak, kok. Nggak ada masalah, Mi."

"Oh ya? Bagaimana dengan keluargamu yang parasit itu?"

Dara terdiam beberapa saat. Wajahnya memucat. "Ma--maksud Mami?"

Firly tersenyum miring. "Ada yang salah dengan ibumu dan untungnya dia bermenantukan Danu. Dengar, Dara," Firly memajukan tubuhnya, "Keluarga kami sudah cukup banyak memiliki masalah ... dan tidak membutuhkan bantuan untuk menambahnya. Akan menarik kalau kamu yang membuat masalah. Tapi, jadi memuakkan karena keluargamu yang melakukannya."

Jemari tangan Dara mengepal di atas pahanya. Wajahnya merunduk. Meski begitu, dia masih tidak melawan. Firly menikmati usaha Dara untuk tidak melawannya. Hanya saja, dia tidak akan membiarkan Dara tertekan. Di perut wanita itu ada cucunya. Cucu pertamanya. Tubuh yang di dalam darahnya, mengalir darah Danu.

DaraWhere stories live. Discover now