35. Tidak seindah itu (1)

17K 1.8K 100
                                    


Rasa nyaman membuat Dara bergelung lebih lama di balik selimut. Dia tidak ingin bangun. Merasa masih punya banyak waktu untuk berkutat dengan dunia alam bawah sadar. Sampai kemudian, kesadaran datang begitu saja. Dara membuka matanya dan merasa begitu segar. Beberapa detik dia habiskan untuk memungsikan otak dengan baik, dimulai dengan mencoba mengingat apa yang terjadi semalam, apa yang dia impikan, dan apa yang harus dia kerjakan di hari ini.

Lalu, senyum terulas di bibirnya yang kini berwarna merah muda secara alami. Sudah seminggu, tapi rasa menang karena berhasil membuat Julia bungkam masih menyisakan perasaan menang yang begitu besar. Bahkan Danu mempertanyakan semangat Dara yang tidak seperti biasanya. 

Saat malam di mana Dara mengerjai Julia sedikit, dia menyambut Danu di ranjang dengan perasaan membuncah. Dia sangat antusias. Dia berani menarik Danu, memeluk lelaki itu, bahkan mengerang lebih keras dari biasanya. Setelah selesai bercinta Dara bertanya-tanya apakah yang dia lakukan berlebihan dan terlihat aneh di mata Danu, tetapi dia mendapatkan jawaban yang kembali membuatnya bahagia ketika Danu tersenyum takjub lalu bertanya, "Itu tadi apa?"

Seolah lelaki itu baru melihat Dara versi 'malam itu' dan sangat menyukainya. 

Pernikahan mereka sudah berjalan 2 bulan. Dara sudah tidak semalu-malu dulu. Dia juga sudah jarang mempertanyakan pernikahan mereka, baik alasan maupun persentase kemungkinan berhasilnya. Danu bersikap lumayan menyenangkan, keluarganya kini bahagia, dan Dara sudah terbiasa dengan kehidupan barunya. Tidak ada yang bisa dia keluhkan dari semua itu.

Nasehat Vicky paling ampuh: lihatlah kehidupan orang lain yang lebih buruk, maka kita akan menemukan 1001 alasan untuk bersyukur dan menerima kehidupan kita dengan perasaan ikhlas.

Hal itu benar. Dara menonton film, mencari video di youtube, membaca artikel, semua yang menyajikan kehidupan pernikahan, tetapi yang perempuannya kurang beruntung. Lantas, Dara membandingkan dengan dirinya. Tentu saja dia malu untuk mengeluh. Danu tidak pernah membuatnya kelimpungan mengatur uang belanja. Lelaki itu juga tidak pernah melakukan KDRT. Mertuanya memang menyebalkan, tetapi yang Dara pelajari, nyaris 90% mertua memang seperti itu--menyebalkan bagi menantu dengan alasan yang berbeda-beda.

"Sudah bangun, Ma?" Danu masuk ke dalam kamar dengan tubuh mengkilat karena keringat. Sepertinya suami Dara itu memilih fitness sebagai aktivitas paginya hari ini.

"Jam berapa, Mas?" tanya Dara sambil berusaha duduk.

"Jam ... terlalu-siang-untuk-sarapan." Danu tersenyum. Lelaki itu melangkah ke arah ranjang, menghampiri Dara, menjemput ciuman selamat paginya. "Mau mandi sekarang? Aku juga mau mandi," ucapnya dengan wajah yang berjarak hanya beberapa senti dari Dara, dengan tangan merangkum wajah sang istri.

"Tapi, beneran mandi?" Dara mencoba bergurau dan berdoa semoga gurauannya dimengerti Danu. Meski sudah mulai terbiasa dengan kehidupannya, dia masih belum mengerti banyak tentang sang suami. Tentang apa yang Danu pikirkan, apa yang Danu kerjakan, apa yang Danu sukai, dan seperti apa caranya berbicara serta bercanda yang disukai lelaki itu. Dara melebarkan bibirnya kaku saat Danu hanya memasang wajah datar. Kalau Dara tidak salah, mata lelaki itu sedikit berkabut. Kalau tidak salah.

"Ya ... ya ... tentu saja." Danu berdeham lalu melepaskan rangkuman tangannya di wajah Dara. Dia mengulurkan tangan untuk membantu Dara turun dari ranjang, lalu bersama-sama mereka memasuki kamar mandi.

Kegiatan seperti ini, Dara sudah mulai terbiasa. Namun, tubuhnya memang masih saja memanas dan jantungnya berdetak kencang. Mungkin kalau suasana hati Danu sedang baik, Dara bisa membujuk lelaki itu agar memberikannya izin kembali akrab meski hanya melalui chatting dengan Lucy. Dia butuh jasa konsultasi birahi. 

DaraWhere stories live. Discover now