8. Menginap

30K 1.9K 48
                                    

Sepanjang perjalanan, mereka saling diam. Dara tidak berani bertanya mereka akan ke mana dan melakukan apa, termasuk untuk membahas mengenai sepeda motornya yang ditinggalkan, juga tentang dia yang tidak bisa pulang terlalu malam. 

Mobil pun memasuki area sebuah hotel bintang lima. Saat mobil itu telah terparkir di lobi, Danu segera turun dan memberi kode kepada Dara untuk melakukan hal yang sama. Mereka turun bertiga, dengan pria yang selalu bersama Danu dan tadi duduk di sebelah supir.

Kepala Dara menunduk. Merasa semua orang yang melihat mereka pasti sudah menerka apa yang akan mereka lakukan di dalam kamar. Meski tidak memiliki banyak kenalan, tetap saja Dara berharap tidak bertemu dengan orang yang dia kenal. 

Danu menarik tangan Dara dan membawanya untuk duduk sementara pria satu lagi menghampiri resepsionis. Setelah pria itu selesai melakukan registrasi, mereka pun beranjak menuju kamar hotel. Dara berjalan di sebelah Danu. Sejajar. Itu karena setiap kali langkahnya melambat, Danu akan menyampirkan tangannya ke bahu belakang Dara dan mendorong pelan. 

Setibanya di depan pintu kamar hotel, pria tadi membuka pintunya lebar dan mengangguk. Danu masuk ke dalam sedangkan Dara masih terpaku di tempat. Danu berhenti di langkah ke tiga dan memutar sedikit tubuhnya, memandang Dara geli.

"Mau berdiri di sana sampai berapa lama?" 

Dara menggaruk kepalanya kemudian melangkah pelan-pelan, masuk ke dalam. Mereka hanya akan melakukan itu, memakai kamar untuk beberapa jam, tetapi Danu menyewa kamar yang besar dan mewah. Beberapa kali dibawa Lucy ke lokasi transaksi gairah sahabatnya itu, Dara tidak pernah memasuki kamar seperti kamar mereka ini. 

Tangan Danu terulur dan secara naluri Dara menyambutnya. Cara Danu memandangnya, membuat Dara tidak berani menoleh ke pintu yang baru saja ditutup. Danu menariknya, membuat tubuh mereka kini berhadapan dengan jarak yang sangat tipis. Danu terus memandangnya dengan sorot yang dalam seolah menunggu Dara melakukan sesuatu--yang tentu saja tidak Dara ketahui karena dia masih begitu amatir.

Dara berpaling saat Danu menurunkan wajahnya, dan langsung menggigit bibirnya karena merasa telah salah dalam bersikap. Bahkan baru begini saja, Dara sudah merasa basah di bawah sana. Saat napas panas Danu menerpa kulitnya yang sensitif, denyutan di bagian kewanitaan Dara semakin menjadi. 

Bukankah memalukan jika Danu mendapati betapa basahnya dia di bawah sana?

Dengan akal sehat yang tersisa, Dara mendorong tubuh Danu sedikit. "Aku ... aku mandi dulu," ucapnya gugup.

"Mau mengulur-ulur waktu?"

"Tidak sampai sepuluh menit. Aku janji!" Dara berusaha meyakinkan.

Danu menaikkan alisnya sebelah, lalu menyunggingkan bibirnya ke bawah. Seolah membiarkan tetapi tidak sepenuh hati. "Aku bukan orang penyabar," ucap Danu, lalu pria itu berjalan menuju ranjang dengan tangan yang menarik ujung bajunya. Melihat itu, Dara segera berjalan setengah berlari menuju kamar mandi.

Dia tidak boleh mempermalukan dirinya sendiri. Egonya sebagai wanita ingin malam ini berlangsung mulus dan tidak menyisakan luka--yang berasal dari hinaan yang terlontar karena dirinya membuat jijik. Dara mulai melepas pakaiannya dan menyabuni tubuhnya. Meski tidak bisa menyamai harumnya tubuh Lucy, setidaknya Dara tidak bau. Begitu pula area intimnya, Dara menyiram dan menyingkirkan semua cairan yang ada di sana. Mengelapnya menggunakan tisu, memastikan area itu benar-benar bersih. 

Dara pun menyadari satu hal. Semua itu akan sia-sia jika dia kembali mengenakan pakaiannya yang telah dipakai seharian penuh saat bekerja tadi, termasuk celana dalamnya yang melembab di bagian tengah. Memberanikan diri, Dara pun melilitkan handuk ke tubuhnya.

DaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang