Harus menjawab apa dirinya sekarang? Jawaban seperti apa yang Leon harapkan dari dirinya sebagai pendengar.

"Sa. Lo, marah?"

Marah? Apa Aksara marah? Untuk apa ia marah? Dan kepada siapa dirinya harus marah?

Leon? Lucu. Aksa sekarang merasa begitu bodoh jika masih bertanya-tanya apakah dia marah. Karena jawabannya sudah tentu iya.

Aksara marah. Aksa marah pada dirinya yang terlalu tidak tau malu. Ia tau seberapa penting diksi futsal bagi pria yang tengah menemaninya ini. Ketika Leon memutuskan keluar dari tim futsal, sudah pasti ada hal yang tidak beres. Pasti ada sesuatu yang memaksa Leon mengambil keputusan tersebut.

Dan sampai sekarang, Aksa tidak tau apapun.  Sejauh ini Leon ada. Leon menggantikan Frans untuk sementara. Walaupun bagi Aksa, seorang Frans takkan pernah bisa tergantikan. Tapi setidaknya Leon berusaha menjaganya. Leon yang membelanya. Juga membersihkan nama baiknya.

Lantas bagaimana dengan Aksara? Ia bahkan tidak tau hal sepele ini. Hal sederhana yang seharusnya menjadi perbincangan dan pertanyaan dua bulan yang lalu, Aksara baru mengetahuinya sekarang. Bahkan baru mendengarnya menit ini.

Mungkin memang benar bahwa selama ini, Aksa hanya memikirkan diri sendiri. Membuatnya sadar ketika Sania mengucapkan dia egois, fakta itu benar adanya. Aksa memang egois. Lalu sekarang, satu pertanyaan mulai mengetuk isi kepala gadis itu. Membuatnya ketar ketir. Apa selama ini Aksara se egois itu? Bahkan mungkin bukan hanya pada Leon. Tapi juga pada yang lain.

"Hei, Sa. Gue minta maaf. Nggak bermaksud bohong. Tapi gue cuma nggak mau lo makin kepikiran," ucap Leon lagi lantaran Aksa tidak menjawab apapun.

"Maaf."

"Apanya?"

"Harusnya aku tau lebih awal."

"Ck! Gimana, sih? Gue udah ikhlas nanggung dosa bohong biar lo nggak kepikiran. Sekarang malah minta tau lebih awal. Lawak, lo."

Aksa memberikan atensi sepenuhnya pada Leon yang tengah memotong roti. Bisa-bisanya pria ini masih saja menjawab tidak serius. Sedangkan Aksara? Ya Tuhan.... Rasa bersalah ini mulai mengulitinya habis-habisan. Di saat seharusnya Aksa menjadi pendengar yang baik dalam apapun masalah yang membuat Leon keluar dari tim futsal, Leon masih saja bersikap seolah semua masih normal dan pikiran Aksa adalah yang terpenting.

Dan pada waktu yang bersamaan, Aksara justru sibuk sendiri mengurus hubungannya dengan Frans yang tak juga mendapat titik terang.

Aksara mulai kembali merangkai pertanyaan. Apa lagi yang tidak ia ketahui tentang Leon? Ia putuskan untuk bertanya.

"Apa lagi?"

"Apa lagi?" Leon mengulang. Alisnya terangkat tanda tak mengerti.

"Aku nggak tau apa lagi?"

"Itu doang, kok."

"Nggak mungkin. Kamu keluar pasti ada alasannya."

"Enggak, tuh. Gue cuma bosen aja."

Oke. Aksa tidak boleh memaksa lebih jauh. Mungkin memang sepenting itu hingga Leon tak bisa mengatakan padanya. Mungkin memang Leon tidak terbiasa membagi cerita. Karena sejauh ini memang Aksa terlalu banyak bicara. Aksa merasa bahwa orang sepertinya tidak berhak mengetahui permasalahan Leon barang secuil. Benar benar tidak punya malu, dan Aksara sadar akan hal itu.

FRASA [✓]Where stories live. Discover now