1. Danu

80K 3K 36
                                    


Hehehe maaf ya, merecall ingatan akan cerita lama itu susah. Ya, belum tentu juga cerita ini end. Aku berusaha loh nulis. Meski kacangan, aku ngetiknya ini butuh usaha. Kamu nggak akan tau sulitnya membayangkan adegan, memadukan kata, dan menjadikannya cerita saat mood kamu tidak ada. 


So, terima kasih bagi yang masih sudi membaca.


Love yeahhh


***

Hari sudah malam, Dara mulai mengemasi barang-barangnya. Pekerjaannya telah selesai dan saatnya pulang. Lampu satu per satu dimatikan, beberapa yang beranjak lebih dulu pun meneriakkan ucapan pamit. Sambil tersenyum, Dara berteriak mengucapkan ucapan pamit basa-basi pada tersenyum sambil melangkah menuju pintu keluar. Tangannya memainkan layar ponsel, mencari lagu yang akan dia putar dan dengarkan sepanjang perjalanan pulang. Setelah memasang headset di telinga dan lagu pun mulai memenuhi indra pendengarannya, Dara menaiki motornya. Mulai berkendara dalam keramaian jalanan pada malam hari yang lumayan dingin.

Bulan ini, gajinya full. Dia bisa memberikan uang saku lebih pada Laras yang dua minggu lagi akan pergi ke kota yang jauh, menempuh pendidikan di jenjang universitas. Adik kebanggaannya akan menjadi mahasiswa di universitas negeri sesuai dengan jurusan yang Dara sarankan. Betapa bangganya dia melihat adik kecilnya kini tumbuh menjadi wanita dewasa yang sedang mematangkan diri menjadi sosok yang lebih membanggakan. Membuktikan ucapan pesimis ibu mereka kalau sejauh apa pun merantau dan setinggi apa pun pendidikannya, mereka hanya akan berakhir menjadi ibu rumah tangga karena itulah suratan takdir seorang wanita.

Sesampainya di rumah, Dara membuka kunci pagar dengan kunci duplikat yang menyatu dengan kunci motornya, begitu pula kunci rumah. Suasana sepi menyambutnya. Memang, dia tiba lebih lama dari biasanya karena berkendara dengan kecepatan pelan. Menikmati momen melamun sambil berkendara, berharap dengan memikirkan hal-hal yang tidak akan sempat dia pikirkan di saat lain. Memasuki kamar, Dara menekan sakelar kamar sehingga ruangan yang tidak terlalu besar itu langsung terang benderang.

Di saat sedang menjalani shift malam seperti ini, mau tidak mau Dara memang melanggar pantangannya--tidak mandi di malam hari. Tubuhnya terasa lengket meski bekerja di ruangan yang full ac. Dan saat keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang hanya dibalut dengan handuk dari dada sampai paha, wanita itu mendapati sang adik sedang duduk di ranjangnya. Dan di nakas, telah tersaji secangkir teh panas.

"Malem banget pulangnya, Kak?" Laras bertanya dengan mata yang sayu, memperlihatkan betapa mengantuknya gadis itu.

"Tadi ... ada masalah sedikit di kantor," dusta Dara.

"Oh ... ya udah. Itu tehnya jangan lupa diminum dulu biar badannya hangat. Kakak kebiasaan soalnya, males banget pake jaket padahal pulangnya malam begini. Masuk angin baru tau!"

Setelah menyampaikan gerutuannya itu, Laras pun keluar. Meninggalkan Dara yang tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya atas sikap sang adik yang tidak pernah tidak perhatian padanya. Jarak usia mereka lumayan jauh. Tujuh tahun. Itu kenapa saat Dara sudah bekerja, Laras baru akan kuliah.

Setelah berpakaian, Dara pun menaiki ranjang sambil memeriksa ponselnya. Ternyata ada beberapa pesan, di mana salah satunya adalah dari sahabat karibnya. Wanita gila yang meski durhaka pada beberapa orang, telah menjadi malaikat bagi diri Dara.

Lucy, wanita yang sudah menikah dan hampir saja memiliki anak itu, mengajak Dara untuk ke salah satu hotel ternama pada akhir pekan. Tanpa dijelaskan Dara sudah tahu tujuan sahabatnya itu. Lucy adalah wanita cantik nan seksi yang terbiasa hidup mudah dan mewah. Dia memanfaatkan keunggulan fisiknya itu untuk membuat kehidupannya sesuai dengan yang dia inginkan. Sejak mereka di bangku kuliah, Lucy memang terbiasa dengan kehidupan liar, terutama karena keluarga wanita itu mengajarkan sikap matrealistis padanya.

DaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang