33

297 36 2
                                    

"A..ap..apa yang kamu lakukan?" Dengan tergagap Zoya memundurkan langkahnya. Dia menutup bibirnya dengan tangannya. Dia merasa tidak percaya dengan apa yang terjadi.

"A..aku..begini, dengarkan dulu penjelasanku. Aku tidak bermaksud melakukan itu. Sungguh. Aku ha-"

Refleks Zoya meninju perut Kin dengan keras. Astaga. Bagaimana bisa Kin melakukan itu padanya? Apa dia sengaja melakukannya? Sementara Kin, dia memegang perutnya dan merintih kesakitan. Dia terduduk lemas. Pukulan Zoya ternyata tidak main-main.

"A..apa kamu sudah..tidak waras?" Kin masih memegang perutnya. Wajahnya bahkan membiru sekarang.

"Ha..harusnya aku yang bertanya seperti itu. Apa kamu sudah tidak waras? Kamu benar-benar pencuri! Pria mesum!"

Pencuri?

Mesum?

"Apa?!"

"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Zoya menyapu bibirnya berkali-kali dengan tangannya.

"Bukannya kamu juga menikmatinya?" Kin tidak ingin kalah. Dia tidak mau disalahkan gara-gara 'sesuatu' itu. Menurutnya Zoya juga salah.

"Apa?"

"Waktu aku menci..sial, waktu aku melakukannya, bukankah kamu juga menikmatinya?"

Meskipun dia salah, tapi dia tidak sepenuhnya bersalah. Kin sadar, kalau Zoya tidak suka, dia pasti akan memukul perutnya sebelum 'sesuatu' itu terjadi. Tapi buktinya? Zoya hanya diam saja dan tidak melakukan perlawanan apapun. Bukankah itu tandanya Zoya juga menikmatinya?

"Ka...kata siapa aku men..menikmatinya?"

"Dasar pembohong." Kin berusaha berdiri sembari memegang perutnya yang sakit.

"Apa?"

"Kamu harus bertanggung jawab."

"Bertanggung jawab? Harusnya aku yang berkata seperti itu."

"Berhenti mendebatku." Kin mengeluarkan kunci mobilnya dari kantong celananya.

"Kamu harus menyetir," sambung Kin.

"Apa?"

Kin melempar kunci mobilnya ke arah Zoya. Dengan sekali sergapan Zoya berhasil menangkapnya.

"Ayo pulang." Kin berbalik dan berjalan mendahului Zoya.

"Apa dia sudah tidak waras? Setelah apa yang sudah dia lakukan padaku, dia...aiishh.."

Zoya mengikuti Kin dari belakang. Melihat cara Kin yang berjalan dengan terpincang-pincang sambil memegang perut seperti itu membuat Zoya merasa kasihan. Pukulannya pasti sangat kencang dan sakit. Wait! Tapi dia pantas mendapatkannya karena dia seorang pencuri. Ya..PENCURI! Pencuri ciuman pertama seorang Raveena Zoya Airlangga. Oh Tuhan..apa ini yang disebut bencana? Mengapa Kin harus menciumnya? Dia benar-benar ternodai sekarang ini.

Keadaan di mobil sangat hening. Tidak ada yang berani mengeluarkan suara. Zoya sibuk menyetir sembari menggigit bibirnya. Entahlah..pikirannya menari kemana-mana. Sementara Kin? Dia sibuk mengelus perutnya. Namun sesekali dia menatap Zoya yang sibuk menyetir. Dia tidak menyangka kalau Zoya pandai menyetir. Pandangan Kin kali ini jatuh ke bibir Zoya. Bibir itu. Sial! Bibir itu lagi.

'Ada apa denganmu, Kin Dhananjaya?'

Kin seperti orang tidak waras sekarang. Tubuhnya mendadak berkeringat dingin. Gadis disampingnya ini ternyata berhasil membuatnya mendadak menjadi seperti orang bodoh.

Zoya mengantar Kin sampai ke rumahnya. Dia bahkan dengan susah payah membopong tubuh besar Kin sampai ke sofa dan mendudukkannya disana.

"Terima kasih dan maaf..."

Kin & Zoya [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang