8

376 36 0
                                    

Zoya berdiri sambil menatap kolam renang. Ini sudah satu minggu dia menjadi pembantu di rumah majikannya yang bernama Kin. Zoya merasa begitu kesepian tinggal di rumah besar tanpa adanya penghuni lain. Jika sebelumnya Eyang selalu jadi teman curhat atau tempatnya berkeluh kesah, namun sekarang dia merasa sangat kosong dan sungguh berada di titik kesepian dalam hidupnya.

'Eyang apa kabar?'

Batin Zoya mulai bergejolak. Selain merindukan Eyang, ia juga merindukan kedua orang tuanya. Meskipun Dirga dan Laren sangat egois dan keras kepala, tapi mereka tetap orang tuanya. Orang yang sudah melahirkannya ke dunia. Perasaan bersalah tiba-tiba saja muncul di benaknya. Seharusnya ia tidak kabur dan bersifat kekanakan. Namun apa mau dikata, semua sudah terlambat untuk disesali. Dia hanya berharap rencananya yang ia jalankan bisa membuat orang tuanya berpikir ulang untuk menjodohkannya dengan laki-laki bernama Satria.

"Sedang apa kamu berdiri disana?" Kin tiba-tiba muncul dari arah belakang.

Zoya berbalik menatap Kin yang berjalan mendekat ke arahnya. Laki-laki dengan balutan kemeja dengan lengan di gulung sampai ke siku itu mulai menaruh rasa curiga terhadap Zoya.

"Tidak apa-apa, Tuan." Zoya hanya bisa menundukkan pandangannya tanpa menatap wajah Kin.

"Kamu tidak berpikir kabur dari sini, kan?" tanya Kin penuh intimidasi.

"Ah..itu-"

"Kalau kamu sampai berani kabur dari sini, Saya tidak akan tinggal diam. Lagian kerjaan kamu selama satu minggu disini belum sebanding dengan biaya kerusakan mobil Saya kemarin."

"Saya mengerti, Tuan."

Sebenarnya Zoya malas harus hidup satu atap dengan laki-laki galak seperti Kin. Rasanya ia ingin sekali memanjat tembok di samping kolam renang itu dan berlari kencang hingga Kin tak lagi bisa menemukan keberadaannya. Namun, ia tidak bisa melakukan itu. Justru dengan dia berada di rumah Kin, misinya kabur dari rumah bisa berjalan dengan lancar. Meskipun pada saat ini ia sangat merindukan Eyang dan juga orang tuanya, dia sungguh tidak memiliki pilihan lain selain menetap di rumah majikan galak bernama Kin Dhananjaya.

"Bagus!"

Zoya mengangkat pandangannya lalu menatap wajah Kin dengan lekat. "Tapi, maaf sebelumnya, Tuan. Apa Saya bisa keluar rumah? Seperti belanja kepasar atau-"

"Jangan mimpi! Sekarang masuk dan buatkan Saya susu cokelat!"

Setelah itu Kin pergi begitu saja meninggalkan jejak masam di wajah Zoya yang menahan kesal karena selalu diperintah sesuka hati. Zoya juga merasa hidupnya seperti katak yang terkurung di dalam tempurung. Sambil mengumpat kesal ia langsung beranjak dari tempatnya menuju dapur dan membuatkan susu cokelat untuk Kin. Tidak berselang lama ia mengantarkan susu cokelat tersebut ke ruang kerja Kin.

"Letakkan disana dan kamu boleh keluar." cetus Kin seraya sibuk dengan laptopnya.

Zoya meletakkan susu cokelat itu di atas meja. Tanpa mengucap sepatah kata pun ia keluar dari ruangan kerja Kin dan berjalan dengan gontai menuju kamarnya. Dia langsung menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur seraya menatap langit-langit kamar setibanya di kamar. Perasaan rindunya terhadap Eyang tiba-tiba saja muncul kembali.

"Eyang.." Gumam Zoya.

Zoya beralih membuka kopernya lalu mengeluarkan sebuah bingkai foto. Di foto itu terdapat dirinya dan Eyang yang sedang berpose manis. Foto itu di ambil ketika ia dan Eyang sedang beralan-jalan di pantai. Hanya foto lama, namun sangat berkesan baginya.

"Eyang.. Zoya janji, setelah Papa dan Mama berubah pikiran, Zoya akan pulang ke rumah dan tinggal bersama Eyang lagi." Zoya mengusap dengan lembut wajah Eyang di foto itu. Dia berharap orang tuanya segera membatalkan perjodohannya dengan Satria. Dia akan menunggu waktu itu tiba.

Kin & Zoya [Completed]Where stories live. Discover now