57

165 9 0
                                    

Kin menemui Zoya di rumah sakit. Untuk pertama kalinya ia memberanikan diri masuk ke dalam kamar Dirga. Di dalam kamar itu tidak terlihat adanya Laren. Namun suara gemercik air terdengar di kamar mandi, menandakan bahwa di kamar itu tidak hanya Zoya seorang. Kin berganti menatap wajah Zoya yang pucat. Tubuh Zoya pun nampak kurus dari sebelumnya. Melihat keadaan Zoya yang seperti itu membuat Kin tidak tega. Kin kemudian menatap Dirga yang masih terbaring lemah. Dia sungguh kasihan melihat kondisi Dirga yang seperti itu. Kin tak bisa membayangkan jika Dirga sadar nanti harus melihatnya masuk ke dalam penjara.

Memang tak ada hukuman yang lebih adil bagi pelaku yang terlibat suap dan korupsi selain jeruji besi. Setelah sadar dari koma, Dirga harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya. Kin berjanji dalam hatinya bahwa bukan hanya Dirga yang harus mempertanggungjawabkan perbuatannya, namun Wisnu juga harus merasakan hal yang sama. Lihat dan tunggu saja, kebenaran pasti akan segera terungkap pikirnya.

"Siapa di dalam?" tanya Kin seraya menatap ke arah pintu kamar mandi.

"Itu Mama.." jawab Zoya.

Zoya mengalihkan perhatiannya dengan berdiri menatap wajah Dirga yang hampir dua minggu ini masih setia berkawan dengan tidurnya. Meski lelah cukup dirasa ketika menjaga dan merawat Dirga di rumah sakit, namun Zoya enggan meninggalkan Papanya itu. Baginya Dirga tetaplah Papanya.

"Apa semuanya baik-baik saja?" tanya Kin.

Zoya menggeleng. "Semuanya nggak baik-baik aja. Dokter mengatakan kalau mereka masih belum tahu kapan Papa akan sadar. Dokter juga mengatakan semakin lama Papa koma, otak Papa semakin mengalami pembengkakan. Akibatnya otak dalam tengkorak Papa terhimpit dan tekanan di otaknya akan meningkat drastis.." jelasnya dengan sedih.

Kin meraih tubuh Zoya dan membawanya ke dalam pelukannya. Dia mencoba menenangkan Zoya dan memberinya kekuatan bahwa apapun yang terjadi ia akan selalu berada disisi Zoya dan mendukungnya dalam hal apapun. Kin tidak peduli terhadap pandangan orang lain tentang keluarga Airlangga yang dinilai buruk dan memalukan. Dirga mamang melakukan kesalahan tapi bukan berarti Zoya pantas dipermalukan. Zoya hanyalah korban atas kesalahan yang dilakukan Dirga, begitu pula Eyang dan Satya.

"Semuanya pasti akan baik-baik saja.. Kita hanya perlu berdoa supaya Papa kamu cepat sadar. Itulah yang terpenting." kata Kin.

"Kamu nggak ke kantor? Aku tahu kamu pasti sibuk. Seharusnya kamu tidak perlu datang. Apa kata orang-orang kalau tahu kamu datang kesini? Kamu harusnya mengkahawatirkan imej perusahaan kamu. Penilaian orang itu penting bagi perusahaan. Kalau saham Dhananjaya Group turun, perusahaan pasti akan terkena dampaknya." kata Zoya panjang lebar. Kin hanya tersenyum mendengar Zoya yang menceramahinya. Dia mengerti Zoya khawatir tentangnya, namun Kin jauh lebih mengkhawatirkan Zoya.

"Semua kerjaan di kantor Sandra yang urus. Jadi aku tidak sibuk dan bisa menemani kamu hari ini. Kamu juga tidak usah khawatir mengenai penilaian orang terhadap perusahaanku. Mereka yang mengenal keluargaku dan kinerja kami di perusahaan tidak akan percaya dengan omongan hoax seperti itu. Dan masalahku bukan dengan Papa kamu, tapi kamu. Kamu pacarku. Lalu salahnya dimana? Apa aku harus minta restu semua orang untuk bisa berpacaran denganmu? Tidak, kan? Jadi jangan berpikir terlalu jauh." pinta Kin.

Zoya tersentuh setelah mendengar perkataan Kin. Dia memeluk erat tubuh Kin seolah tidak ingin melepaskannya.

"Kamu kapan kembali?" tanya Kin.

Zoya menghela nafasnya untuk sesaat. Rupanya Kin masih menunggu kehadiran dirinya di kantor. "Kamu belum menandatangani surat pengunduran diri itu?"

"Aku akan menunggu kamu kembali." sahut Kin.

Zoya menggeleng. Dia tidak mungkin kembali bekerja untuk Dahananjaya Group pikirnya. Sekarang ia ingin fokus merawat Dirga dan menyelesaikan masalah keluarganya dengan Wisnu. Sekarang perangnya bukan lagi dengan orang tuanya maupun Satria, melainkan Wisnu.

Kin & Zoya [Completed]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu