50

164 20 10
                                    

"Apa??!"

"Kenapa?"

Zoya berdiri mematung di tempatnya. Dia tidak yakin kondisi jantungnya sedang baik-baik saja saat ini. Di kepalnya dengan kuat kedua tangannya untuk memastikan bahwa ia masih berpijak di kehidupan nyata, bukan alam khayalan. Kinerja otaknya berjalan semakin lambat dan sulit mencerna dengan baik ucapan yang baru saja dilayangkan Kin kepadanya. Apa ia sedang terserang penyakit skizofrenia? Zoya menggeleng dengan cepat. Mustahil! Dia tidak pernah memiliki riwayat penyakit apapun sebelumnya, apalagi penyakit dengan gejala gangguan mental seperti itu.

Sementara itu, Kin masih menunggu dengan sabar respon dari Zoya. Ruang kerjanya mendadak hening sesaat. Dia memahami bahwa Zoya sangat terkejut dengan sesuatu yang baru saja ia katakan.

Pasang kuping kamu lebar-lebar dan cerna dengan baik apa yang aku katakan. Aku tahu ini terlalu mendadak, tapi aku mau membuat hubungan kita menjadi hubungan yang sesungguhnya.

Kin merasa tidak ada yang salah dengan kata-katanya. Dia sudah menghapal kalimat itu sejak kemarin. Dia bahkan tidak tidur sepanjang malam demi mengumpulkan keberaniannya mengucapkan kalimat itu di depan Zoya. Dia tidak ingin lagi bersembunyi dibalik tampang dinginnya untuk menghindari rasa sukanya terhadap perempuan yang ada di depannya ini. Kekeraskepalaan Dirga yang masih kekeh ingin mempertahankan perjodohan Zoya dengan Satria membuatnya sadar akan satu hal, dia tidak mungkin melepaskan kesempatan begitu saja. Dia tidak ingin kehilangan perempuan yang ada di depannya ini, apalagi membiarkan pria seperti Satria memilikinya.

Saya bersedia menebus Zoya dari keluarga Aditama. Bukannya ini hanya perkara balas budi dan kepemilikan saham? Saya pikir, ini kesempatan langka yang pernah Saya tawarkan pada orang lain. Saya harap, Anda menerima niat baik Saya, karena Saya melakukan semua ini demi putri Anda.

Tawaraannya kala itu tak membuahkan hasil apapun. Hal itu diyakini karena sampai detik ini Dirga tak kunjung membuat keputusan. Rasanya sangat melelahkan menunggu dan ia merasa seolah dipermainkan. Satu-satunya jalan untuk memenangkan pertempuran ini adalah membuat hubungan mereka menjadi kisah-kasih yang sesungguhnya.

"Aku perlu jawaban kamu sekarang," kata Kin tidak sabaran.

Zoya tersadar kembali dari pemikiran abstraknya. Dia yakin kalimat yang baru saja dilontarkan Kin adalah kesalahan. Membuat hubungan mereka menjadi nyata? Bagaimana bisa? Apa Kin menyukainya? Tidak, Kin tidak mungkin tertarik padanya. Jika semua ini hanya sebatas rencana Kin yang ingin membantunya, seharusnya Kin tidak perlu repot memaksakan hubungan mereka menjadi nyata.

"Saya pikir Anda melantur. Tidak ada hubungan nyata yang berdiri di atas kepura-puraan dan keterpaksaan. Saya sudah katakan sebelumnya, rencana apapun yang Anda atau Saya lakukan, itu tidak mungkin merubah segalanya," kata Zoya tanpa merubah gaya bicaranya yang formal di depan Kin.

"Kamu menyerah?" tanya Kin.

"Saya tidak tahu. Saya masih banyak kerjaan, permisi."
Zoya berbalik dan beranjak dari posisinya. Dia terlihat jengah menghadapi sikap Kin yang terbilang aneh. Dia juga sadar terlalu lama berbicara dengan Kin hanya membuat perasaannya menjadi tidak terkendali.

"Aku serius tentang hubungan kita."

Langkah Zoya mendadak terhenti tepat di depan pintu. Dikepalnya kembali kedua tangannya dengan erat. Dia berharap momen ini bukan mimpi. Sesaat ia ingin Kin benar-benar menyukai dirinya, tertarik padanya, dan jatuh hati padanya. Namun, ia sadar itu mustahil karena sikap Kin yang selama ini galak padanya.

"Aku sudah katakan sebelumnya, jangan percaya apa yang aku katakan, itu racun untukmu. Lihat dan percayai saja apa yang aku lakukan, kamu tidak bodoh untuk mengerti itu, kan?" tanya Kin dengan nada kesal. Sesaat kemudian ia menyesali kalimat yang baru saja keluar dari mulutnya. Jika ia berada diposisi Zoya, ia juga pasti kesal mendengar kalimat yang menjengkelkan seperti itu.

Kin & Zoya [Completed]Where stories live. Discover now