52

152 12 10
                                    

Zoya duduk di sofa seraya menunggu Kin yang sedang sibuk menandatangani berkas di meja kerjanya. Memandang wajah Kin yang serius bekerja seperti itu membuatnya terlena untuk beberapa saat. Sulit ia percaya bahwa laki-laki yang sedari tadi ia pandangi itu menjadi sosok yang paling istimewa dihatinya. Perasaanya semakin hari semakin tumbuh dan tak bisa ia kendalikan.

Ponsel ditangan Zoya bergetar. Hal itu membuat aktivitasnya yang sedari tadi memandangi wajah Kin terputus seketika. Dia menatap layar ponselnya dan menemukan nama Satria terpampang jelas disana. Dengan malas ia menjawab panggilan itu.

"Halo."

"Nanti aku jemput kamu."

"Nggak perlu. Aku bisa pulang sendiri."

"Aku tidak butuh persetujuan kamu."

"Jangan melewati batas. Aku bisa pulang sendiri!" jawab Zoya dengan kesal.

Kin menutup berkasnya dengan tiba-tiba. Dari nada bicara Zoya yang kesal seperti itu menandakan bahwa lawan bicara Zoya adalah Satria. Dengan perasaan kesal ia langsung bangkit dari kursi kerjanya dan duduk disamping Zoya.

"Ada hal penting yang mau aku bicarakan. Ini tentang rencana pernikahan kita. Kamu sudah dengar dari Papa kamu?"

"Belum."

"Bagus. Kalau begitu aku akan memberitahumu setelah kita bertemu nanti."

"Nggak perlu! Aku nggak mau bertemu denganmu. Kamu bisa bicarakan itu sekarang!"

Terdengar gelak tawa dari ujung telpon. Zoya memejamkan matanya dengan kesal. Tingkah Satria sungguh membuatnya muak. Dia berharap hubungannya dengan laki-laki itu cepat berakhir. Sementara itu, Kin menatap Zoya seraya menahan rasa kesal yang teramat dalam. Rasanya ingin sekali ia merebut ponsel itu dengan paksa agar bisa mendengar apa yang dikatakan Satria. Namun ia tidak bisa melakukan hal sekasar itu pada Zoya karena hubungan mereka sudah berubah, tidak seperti sebelumnya yang mana ia bisa berbuat sesuka hati pada Zoya.

"Kamu yakin mau mendengarnya sekarang?"

"Katakan, apa itu?"

"Pernikahan kita dipercepat bulan depan. Kamu senang?"

"Apa?!"

Zoya terkejut bukan main. Dia langsung mematikan ponselnya dan menggenggamnya dengan perasaan gusar. Pernikahannya dipercepat bulan depan? Apa ia tidak salah dengar? Mengapa Dirga membuat keputusan tanpa bicara terlebih dahulu padanya? Dia sangat egois. Apa keputusan Papanya itu ada hubungannya dengan kejadian kemarin malam?

Melihat wajah Zoya yang jauh dari kata baik-baik saja membuat rasa kesal yang sedari tadi ditahan oleh Kin berubah menjadi khawatir. Dia mengambil alih ponsel yang berada ditangannya Zoya lalu meletakkannya di atas meja.

"Apa yang dia katakan?" tanya Kin.

Zoya menunduk sedih. "Katanya pernikahan itu dipercepat bulan depan."

Kin terkejut mendengarnya. Dia tidak menyangka pada akhirnya Dirga tetap akan melanjutkan pernikahan Zoya dengan Satria. Dia tidak boleh tinggal diam. Dia harus melakukan sesuatu agar pernikahan itu tidak terjadi pikirnya.

"Keputusan Papa pasti ada hubungannya dengan kejadian malam itu," kata Zoya terlihat putus asa.

Kin meraih tangan Zoya dan mengusapnya lembut. "Maksud kamu kejadian apa?"

"Kemarin malam kak Satya bertengkar dengan Papa, dan---" Zoya menatap lekat wajah Kin.

"Dan?"

"Aku..., aku mengatakan yang sebenarnya tentang hubungan kita di depan Papa." ungkap Zoya.

Kin & Zoya [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang