53

127 12 3
                                    

Kin memasuki sebuah restoran makan cepat saji yang terletak tidak jauh dari gedung perusahaannya. Kedatangannya ke tempat itu tidak hanya dengan tangan kosong. Dia membawa sebuah tas yang berisi beberapa dokumen di dalamnya. Begitu melihat seorang laki-laki sebaya dengan dirinya mengangkat tangan, ia pun dengan segera menuju meja laki-laki itu. Laki-laki itu adalah Satya. Kin memutuskan bertemu dengan kakak dari perempuan yang ia cintai itu bukan tanpa alasan. Ada sesuatu yang perlu ia diskusikan dengan Satya dan itu sangat penting.

"Zoya sudah cerita semuanya tentang hubungan kalian berdua," kata Satya membuka obrolan. Ini merupakan pertemuan pertamanya secara intens dengan Kin.

"Aku minta maaf baru bisa bertemu denganmu sekarang," balas Kin.

Melihat Satya yang menatap dirinya dengan lekat membuat Kin merasa bersalah disaat yang bersamaan. Bagaimanapun ia pernah memaksa Zoya jadi pembantu di rumahnya dan menyuruhnya melakukan tugas kasar. Sebagai seorang kakak, Satya pasti tidak rela melihat adiknya diperlakukan semena-mena oleh orang lain.

"Zoya cerita dia pernah jadi pembantu di rumah kamu. Sulit dipercaya kamu memperlakukan dia seperti itu," ungkap Satya.

"Aku minta maaf. Aku yang memaksanya jadi pembantu saat itu," kata Kin seraya mengingat kembali peristiwa dimana ia sering menyiksa Zoya dengan kata-kata tajamnya sewaktu jadi pembantu di rumahnya.

"Meskipun aku tidak membenarkan apa yang sudah kamu lakukan pada adikku, tapi aku tidak sepenuhnya menyalahkanmu. Semuanya sudah terjadi. Salahkan saja aku yang tidak becus menjaga adikku sendiri," kata Satya seraya menyalahkan dirinya sendiri.

Kin menyangkan sikap Dirga yang sangat berbanding terbalik dengan kedua anaknya. Dirga sangat keras kepala. Seperti kata pepatah bahwa setiap rumah dan tangga memiliki pilar yang berbeda. Setiap anggota keluarga memiliki watak yang berbeda walaupun jika ditelisik akar sifatnya adalah sama, tapi cara menunjukkan sikap mereka kepada orang lain jelas berbeda.

"Ini bukan salahmu atau Zoya. Tapi semua ini berawal dari kesepakatan Papa kamu dengan Om Wisnu. Sebelumnya aku sempat datang ke rumah, aku berencana memberikan beberapa saham yang ku miliki sebagai ganti kerugian saham Airlangga Group yang mau diberikan pada Aditama Group, tapi Papa kamu menolak," jelas Kin.

Satya terperanjat. Dia tidak menyangka Kin melakukan hal sebesar itu demi membantu Zoya.

"Aku tidak menyangka kamu melakukan hal yang sangat beresiko seperti itu. Aku malu dengan diriku sendiri. Harusnya dari awal aku melawan kehendak laki-laki egois itu, bukan malah membiarkan dia bersikap semena-mena pada Zoya." Satya tampak menyesal sekaligus frustasi dengan permasalahan yang terjadi di dalam keluarganya.

"Ini bukan waktunya menyalahkan diri sendiri, tapi bagaimana caranya membuat Om Wisnu menyerah dengan kesepakatan itu."

"Kamu mencintai Zoya?" tanya Satya tiba-tiba. Dia ingin memastikan kesungguhan Kin di depan matanya sendiri, karena ia hanya mendengar kebaikan Kin dari sebelah pihak, yaitu dari adiknya sendiri.

"Kalau aku tidak memiliki perasaan seperti itu, aku tidak mungkin menemuimu disini malam ini," jawab Kin tanpa ragu.

Satya menghela nafasnya beberapa saat. Dia bisa melihat dengan jelas kesungguhan Kin. Pria di depannya ini tidak berbohong. Tidak seperti Satria yang kerap kali memaksakan sesuatu.

"Aku percaya kamu bersungguh-sungguh, tapi bukan berarti aku bisa memberikan sepenuhnya kepercayaanku padamu. Kamu mengerti maksudku, kan?"

Kin mengerti kekhawatiran Satya memang sangat beralasan sebagai seorang kakak yang menyayangi adiknya. Sama seperti dirinya yang juga memiliki adik perempuan, Satya pasti menginginkan sosok laki-laki yang benar-benar tulus mencintai Zoya. Akan tetapi, ia berani menjamin bahwa perasaannya tulus dan tidak akan goyah. Meskipun ia tidak bisa memprediksi masa depan, atau sesuatu yang akan terjadi nanti, namun ia berusaha membuat seseorang yang ia cintai merasa nyaman dan terlindungi ketika berada disisinya.

Kin & Zoya [Completed]Where stories live. Discover now