10

402 40 0
                                    

"Ck, gara-gara kamu kita terlambat!"

"Baju yang kamu pakai juga biasa-biasa aja!"

"Padahal Saya sudah mengeluarkan uang banyak!"

"Ah..sial!! Kenapa harus macet?!"

"Ini semua gara-gara kamu, Zoy!"

Zoya tidak mengerti dengan sikap Kin yang sedari tadi sibuk menggerutu di dalam mobil. Kin juga sengaja melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Meskipun keadaan jalan cukup sepi, namun tak sepantasnya Kin ngebut dijalanan. Kejadian yang hampir merenggut nyawa Zoya beberapa hari lalu setidaknya bisa dijadikan pelajaran untuk Kin agar selalu berhati-hati saat mengemudi. Tapi Kin tetaplah Kin. Dia sudah terbiasa mengemudi dengan keadaan seperti itu, terutama jika jalanan cukup sepi dari pengendara. Zoya hanya bisa bersabar menghadapi kekeraskepalaan Kin, terutama sikap galaknya.

"Kalau kita datang terlambat, itu salah kamu!" bentak Kin.

Zoya menatap sinis ke arah Kin. "Tuan kenapa memarahi Saya? Saya salah apa? Bukannya kemarin itu Saya sudah menolak untuk ikut? Kenapa Tuan menyalahkan Saya seperti ini?"

"Kalau bukan karena kamu yang ribet gonta-ganti gaun, kita pasti datang tepat waktu!" sahut Kin.

"Lho, bukannya Tuan yang nyuruh Saya gonta-ganti gaun? Kata Tuan ini tidak cocok, itu tidak cocok. Saya cuma menurut apa yang Tuan katakan." Kali ini Zoya berhak mengajukan protes karena sikap Kin sudah keterlaluan padanya.

"Kamu mendebat Saya?! Ck, baju kamu ini terlalu silau, mata Saya sakit!" bentak Kin.

Silau? Zoya merasa gaun yang ia kenakan warnanya tidak terlalu mencolok. Terlebih gaun yang ia kenakan berwarna putih. Zoya yakin bahwa Kin hanya mencari alasan untuk memarahinya. Memangnya gaun yang aku pakai ini lampu neon? Ya Tuhan... kenapa ada orang seperti ini di dunia ini? Menyebalkan!

Sementara itu, sebenarnya Kin tidak bermaksud mengomeli Zoya. Hanya saja ia sangat pangling dengan penampilan Zoya. Zoya terlihat anggun dan cantik mengenakan gaun pilihan Monica. Riasan diwajahnya pun pas dan tidak berlebihan. Make up yang menempel diwajahnya sangat menyatu. Tatanan rambutnya sangat cantik karena Monica berhasil menyulapnya seperti gaya rambut model kelas atas.  Bisa dikatakan bukan gaunnya yang membuat silau mata Kin, namun aura Zoya lah yang membuat matanya silau. Zoya bahkan tidak terlihat seperti gadis muda berusia 22 tahun. Dia terlihat seperti perempuan dewasa. 

Mengapa Kin tidak memuji penampilan Zoya alih-alih mengomelinya? Kenapa harus mengomel tidak jelas seperti juri ajang pencarian bakat? Bukankah sekarang manusia hidup di zaman dimana sebagian orang memiliki gengsi yang tinggi? Dan Kin adalah salah satu diantara orang-orang itu. Kin tidak ingin karena pujiannya Zoya menjadi berpikiran yang aneh padanya. Lagipula, Zoya hanyalah seorang pembantu dimatanya, tidak lebih.

Tidak lama kemudian Kin dan Zoya tiba di acara pesta  perusahaan Adhitama Group. Pesta itu diadakan di ruang terbuka, yakni taman hotel bintang lima. Saat memasuki tempat itu terlihat jelas tamu-tamu yang berdatangan berasal dari kalangan elit dan juga ceo beberapa perusahaan terkenal di Jakarta. Jas dan gaun yang mereka gunakan pun sangat mewah dan berkelas. Belum lagi perhiasan dan jam tangan mewah yang menempel di tubuh mereka. Zoya sungguh tak menyukai keglamoran itu. Apa Papa juga datang? Semoga nggak. Please, Papa nggak perlu datang ke acara ini. 

"Bersikaplah santai, jangan bersikap seperti perempuan udik." sindir Kin yang sedari tadi melihat Zoya yang planga-plongo mencari kehadiran Dirga.

"Baik, Tuan." jawab Zoya dengan wajah setengah kesal. Kin selalu mencari kesempatan untuk mengomelinya.

Kin menggenggam tangan Zoya. Hal itu membuat Zoya  seperti tersengat aliran listrik. Mengapa Kin menggenggam tangannya pikir Zoya. Sesaat kemudian Zoya menemukan alasan Kin yang tiba-tiba menggenggam tangannya. The King of acting!

Kin & Zoya [Completed]Where stories live. Discover now