13

408 39 3
                                    

Zoya sedang memperbaiki susunan pot bunga di halaman rumah. Sekali-kali ia juga bersenandung menikmati irama lagu lewat earphone ditelinganya. Dengan wajah berkeringat, rambut di cepol asal, dan pakaian sederhana. Zoya sungguh menjelma seperti pembantu sungguhan. Dari radius satu meter pun orang-orang bisa menilai kalau ia seorang pembantu, bukan Zoya si keturunan anak konglomerat Airlangga. Meskipun begitu, Zoya bersyukur Kin tidak lagi mengurungnya seperti tahanan. Ternyata luka di telapak tangannya seminggu yang lalu membawa keberuntungan tersendiri untuknya. Bayangkan saja, seorang Kin Dhananjaya terpaksa menurunkan level galaknya dari level seratus menjadi lima puluh. Sungguh keajaiban dunia yang menakjubkan pikir Zoya. Semoga dia nggak plin-plan! Sekarang baik, nantinya galak lagi.

Mobil mercedes-benz putih terlihat memasuki gerbang rumah Kin. Hal itu membuat Zoya menghentikan sejenak kegiatannya menata tanaman di halaman. Dia juga bergegas menyimpan ponselnya ke dalam kantong celananya dan hanya menyisakan earphone yang bergelantungan di lehernya. Dua orang perempuan beda generasi nampak menuruni mobil mewah itu dengan anggun. Mereka siapa?

Perempuan itu nampak seumuran dengan Laren dan perempuan satunya lagi masih muda. Perempuan yang seumuran dengan Laren itu berpenampilan begitu elegan. Sebuah tas Hermes keluaran terbaru yang ia jinjing ditangannya menambah kesan jika ia bukan hanya sekedar elegan namun juga kaya raya. Pandangan Zoya beralih pada gadis muda yang mengenakan seragam SMA. Wajahnya yang imut dan manis ditambah dengan balutan blazer hitam menambah kesan cantik diwajahnya. Kulit bersih dan rambut panjangnya yang hitam terurai dengan indah membuatnya semakin terlihat mempesona. Dalam hati Zoya kembali bertanya siapa mereka sebenarnya? Mungkinkah mereka seorang ibu dan anak pikirnya.

"Maaf, kalian siapa ya?" tanya Zoya.

Perempuan sebaya dengan Laren itu tersenyum simpul. "Rupanya Kin sudah dapat pembantu. Saya sangat senang kalau dia nggak kerepotan lagi. Oh ya, Saya Mamanya Kin, Novia Dhananjaya."

Zoya menunduk sopan setelah mengetahui bahwa perempuan yang berada di hadapannya itu adalah Ibunya Kin. "Maaf, Saya tidak mengenali Anda sebelumnya. Perkenalkan, nama Saya Zoy, pembantu di rumah ini, Nyonya."

Novia mengangguk mengerti. Dia mengulurkan tangannya dengan ramah. Hal itu membuat Zoya terhenyak untuk beberapa saat. Novia sama sekali tidak merasa risih ingin berjabat tangan dengan pembantu. Hal yang sangat jarang Zoya temui. Bahkan Mamanya saja tidak pernah berjabat tangan dengan pembantu di rumah mereka.

"Tidak apa-apa. Senang bertemu denganmu. Oh ya, kenalkan, ini adiknya Kin, namanya Ney-"

"Neysa, bisa dipanggil Chaca. Cewek paling cantik di keluarga Dhananjaya!" sambar Neysa. Neysa mengulurkan tangannya pada Zoya sembari tersenyum dengan gaya imut

Zoya membalas uluran tangan Neysa. Mereka sangat ramah.

"Ck, kamu ini Cha!" tegur Novia seraya geleng-geleng kepala melihat tingkah anak perempuannya.

Neysa hanya tertawa. "Kakin belum pulang, mbak?" tanyanya.

Zoya mengerutkan keningnya. Siapa yang Neysa sebut Kakin itu pikirnya. Apa itu adalah nama orang?

"Ah maksudnya Chaca itu Kin. Dia keseringan menyebut nama kakaknya Kakin." kata Novia menimpali.

Zoya hanya mengangguk mengerti. Dia merasa aneh setelah mendengar nama Kakin.

"Oh ya, silahkan masuk." Zoya mempersilahkan Novia dan Neysa masuk ke dalam.

Zoya mempersilahkan Novia dan Neysa duduk di ruang tamu sembari menunggu Kin pulang dari kantor. Zoya juga tak lupa membuatkan minuman untuk mereka berdua.

"Kamu sejak kapan kerja disini? Terakhir kali kesini, Saya belum melihat kamu." tanya Novia.

"Sejak sebulan yang lalu, Nyonya." jawab Zoya.

Kin & Zoya [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang