16

361 40 4
                                    

Kin melangkahkan kakinya memasuki gedung perusahaan yang besarnya tak kalah jauh dari perusahaan miliknya. Semua karyawan tidak berani menyapa maupun menolak kedatangannya. Mereka tahu yang datang bukanlah orang sembarangan. Kin memasuki lantai paling atas dan berhenti sejenak di depan meja sekretaris. Sekretaris itu berdiri dan menyambut kedatangannya dengan sopan.

"Maaf, Pak. Pak Satria sedang tidak menerima tamu sekarang ini. Pak Satria sedang sibuk dan tidak bisa diganggu." kata sekretaris itu.

Rupanya Kin sengaja mendatangi Adhitama Group untuk menemui Satria. Kin tidak menghiraukan ucapan sekretaris itu dan berlalu pergi. Di langsung masuk begitu saja ke dalam ruangan Satria.

"Wow. Siapa yang datang ini? Harusnya aku menyambut kedatanganmu dengan karpet merah." Satria bangkit dari duduknya dengan angkuh.

Kin menatap Satria dengan tajam. "Apa maksudmu mengancamku dengan menyewa preman-preman itu?!"

Satria tertawa. "Apa kamu takut?"

"Berhenti basa-basi dan katakan sekarang juga apa maksud kamu melakukan itu semua!" Kin tak bisa menahan kesabarannya karena Satria telah melewati batas dan mengganggu kehidupan pribadinya. Orang seperti Satria memang pantas di bentak karena ia sudah berani mengancam seorang Kin Dhananjaya.

"Kamu yang memaksaku untuk melakukan semua itu. Aku sudah katakan berkali-kali padamu kalau aku menginginkan alamat perempuan itu. Tapi kamu tidak memberitahuku sama sekali dan sekarang kamu menyalahkanku? Sebenarnya masalahku bukan dengan kamu, tapi perempuan itu. Kamu jangan terlalu percaya diri dulu." Satria tertawa meremehkan.

Kin mengepalkan tangannya. "Apa kamu tertarik padanya?"

Satria melipat tangannya ke dada. "Apa hubunganmu dengannya? Apa dia pacarmu?"

Kin geram. "Ya dia pacarku. Sekarang aku minta jangan pernah mengusiknya dan jangan pernah kamu menggangguku!"

Kin berbalik ingin keluar dari ruangan.

"Di milikku, Kin Dhananjaya! Jangan merebut sesuatu yang seharusnya bukan jadi milikmu karena dari awal dia adalah milikku, bukan milikmu!" teriak Satria mempertingatkan.

Kin menghentikan langkahnya dan berbalik. "Apa maksudmu dari awal dia adalah milikmu? Apa kalian punya hubungan sebelumnya? Tapi yang aku lihat, kalian bahkan tidak saling mengenal waktu dipesta itu. Siapa yang kamu pikir milikmu, huh? Berhenti mengarang cerita! Masalah kamu sebenarnya itu denganku, bukan dia!"

Satria menatap Kin dengan tajam. "Kamu benar-benar ingin tahu?"

Kin membuang mukanya. "Berhenti basa-basi. Cepat katakan apa yang kamu inginkan darinya?!"

"Aku tidak akan memberitahumu sekarang. Anggap saja itu kejutan untukmu. Sekarang pergilah. Aku sedang tidak mood berdebat denganmu." usir Satria

Kin mengumpat dalam hati setelah Satria berani mengusirnya. Dia pun keluar dari ruangan Satria dan membanting pintu dengan keras. Dia geram karena Satria tidak berterus terang padanya. Kin mengemudikan mobilnya dengan cepat selepas keluar dari perusahaan Satria. Tidak beberapa lama kemudian ia tiba dikantornya. Dia menghempaskan duduknya di kursi kerjanya dan menghela nafasnya dengan kasar. Dia menatap tumpukan dokumen di atas mejanya. Seolah tak bernafsu membukanya, ia membiarkan begitu saja dokumen itu tanpa menyentuhnya. Ucapan Satria sungguh mengganggu pikirannya. Apa yang sebenarnya dia inginkan dari Zoy?' Kenapa harus Zoy?!

"Permisi, Pak."

Kin menatap Sandra dengan geram. Tidak biasanya Sandra masuk ke dalam ruangannya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. "Kenapa kamu tidak mengetuk pintu dulu sebelum masuk?"

Kin & Zoya [Completed]Where stories live. Discover now