[(Y/n)'s POV] - Atmosfer Aneh

972 144 38
                                    

Waw, sudah berdebu 😭😭😭

Mon maap aku kehilangan sense untuk menulis ini salam kurun waktu yang sangat panjang. Bukan berarti aku gak mau lanjutin, tapi emang bener-bener gak bisa. Sekarang sudah kembali kok~ /semoga gak hilang lagi/


Happy reading!^^



~°~°~



Waktu makan malam hampir tiba. Aku begitu gugup karena akan dikenalkan pada seluruh anggota  utama kerajaan malam ini. Lebih gugup lagi karena aku harus bertemu dengan kakak perempuan Junhui.
Aku khawatir tidak bisa menghadapinya karena seluruh kakakku laki-laki.

“Kenapa lihat cermin terus? Kau cantik, kok.”

Aku mengembuskan napas berat kemudian melirik Junhui yang berbaring di lantai sambil menopang kepalanya dengan tangan. Ia menghadap ke arahku dan tersenyum meledek.

“Jangan menggodaku,” ucapku kesal.

Junhui tertawa. “Aku serius, tahu. Dibandingkan siapa pun di kerajaan ini kaulah yang paling cantik. Saudara-saudaraku pasti iri karena aku membawa pulang gadis cantik sepertimu.”

“Huaaaa kau membuatku tambah gugup saja!” rengekku.

Bayangkan dia benar. Saudara-saudaranya penasaran akan sosokku dan memperhatikanku sepanjang makan malam. Sekalipun bukan karena cantik, mereka tetap akan penasaran karena aku berasal dari negeri seberang.

Apa bahasa Mandarinku cukup lancar?

Aku tidak boleh membuat satu pun kesalahan. Aku tidak boleh mempermalukan Junhui.

Wae?” Junhui beranjak kemudian menghampiriku. Tangannya bergerak memutar tubuhku agar berhadapan dengannya. “Jangan khawatirkan yang lain. Jadilah dirimu sendiri karena kau luar biasa.”

“Katamu?”

Junhui tidak membalas. Tangannya menangkup wajahku. Ia menatap mataku lekat-lekat, berusaha menjawab melalui tatapan itu. Keningnya ia satukan denganku.
Jantungku berdebar-debar.

“Semua orang di kerajaan tahu bahwa Junhui Huángzǐ adalah seorang pemikir,” ujarnya. “Jadi mereka tahu bahwa aku menikahimu karena kau sangat luar biasa. Aku tidak mungkin sembarangan membawa orang ke rumah.”

“Aku tidak tahu itu pujian atau bukan, tapi aku cukup tersanjung,” balasku.
Junhui tertawa pelan. Ia mengecup keningku kemudian menggenggam tanganku dengan hangat. “Jangan khawatirkan apa pun karena aku ada di sampingmu. Ayo, kita mesti bergegas. Kau mau memberi hadiah kepada Jiejie dulu, bukan?”

“Ohh, benar!” Aku meraih keranjang hadiah yang telah kusiapkan. Keranjang itu kuhias oleh bunga-bunga dan sulur yang dililit di bagian pegangannya.

Aku dan Junhui bergegas mengunjungi salah satu kamar utama—kamar para huángzǐ dan gōngzhǔ—yang dihiasi lampion-lampion cantik di halaman depannya. Seorang pria usia tiga puluhan duduk di depan bersama dua orang anak laki-laki duduk di pangkuannya. Anak itu kira-kira berusia delapan dan lima tahun.

Níhǎo,” sapa Junhui seraya membungkukkan tubuh. Aku mengikutinya.

Kedua anak kecil itu turun dari pangkuannya. “Wah! Junhui Huángzǐ!” sapa anak pertama.

“Apa kabar, Zhou?” sapa Junhui.

“Baik! Senang bisa bertemu lagi!” sahut anak itu antusias.

Si anak kedua tidak bicara, tapi langsung memeluk kaki Junhui. Membuatnya melepas tanganku dan berlutut untuk membalas pelukan itu.

“Wah, anak-anakku tampaknya sangat merindukanmu,” ucap ayah mereka. Pria itu langsung menoleh padaku dan tersenyum. “Jadi, ini istrimu?”

Mask [EXO and Seventeen Imagine Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang