[Junhui's POV] - Bulan yang Tertutupi Awan Hitam

2.2K 407 89
                                    

Ada yang nunggu kah? :"


Happy reading!^^



~°~°~



Aku menghela napas panjang ketika mataku menatap langit biru yang cerah dengan gumpalan-gumpalan awan putih cantik. Langit begitu cerah. Tapi kenapa rasanya aku resah?

Jantungku terus berpacu. Seolah sesuatu yang buruk telah atau akan terjadi. Tapi nyatanya tidak terjadi apa pun padaku. Rasanya benar-benar tidak karuan.

Jika jantung ini berdebar karena merindukan dia yang bersinar seperti bulan, seharusnya itu sudah berhenti mengingat beberapa waktu lalu aku baru bertemu dengannya. Mungkin kah aku bisa merindukannya secepat ini?

Apa ini karena aku terlalu banyak berpikir? Apa perasaan ini muncul karena kerajaan terus mengirimi surat desakan agar aku segera pulang dan mengambil posisi di kerajaan?


Aku tidak tahu. Tapi perasaan ini terasa begitu mengganggu. Aku merasa resah akan sesuatu yang tidak kuketahui. Aku tidak bisa melakukan apa pun untuk meredamnya.

Aku sekali lagi menghela napas. Lalu memejamkan mataku dan menyandarkan tubuhku pada pilar kayu. Berharap kalau itu akan membuatku merasa lebih baik. Sedikit saja... aku perlu menenangkan diri supaya bisa berpikir jernih.


Aku dapat mendengar suara langkah kaki yang mengendap-ngendap mendekat. Lalu perlahan berhenti di sampingku.

Aku mengabaikannya. Aku tidak membuka mata ataupun menoleh ke arahnya. Aku membiarkan diriku hanyut pada pemikiran dan juga berbagai spekulasi yang terus menyerang otakku.

"Kenapa kau hanya berdiri dan diam?" tanyaku tanpa sedikit pun niatan untuk membuka mata setelah selesai dengan pikiran itu.

"Aku tidak ingin mengganggu Huangzi."

Aku mendecak pelan lalu membuka mata dan menoleh ke arahnya. "Sudah berapa kali kukatakan jangan terlalu formal di luar Istana?"

"Kau tuanku," jawabnya pelan.

"Kau ini teman masa kecilku," ralatku.

"Tapi kau tetap tuanku."

"Tapi kau tetap teman masa kecilku. Jadi berhentilah bersikap formal. Ya?" pintaku. Aku benar-benar tidak tahan dengan formalitas seperti itu.

Mingyu akhirnya menghela napas. "Baiklah. Terserah apa katamu. Ahh ya, ada surat lagi."

"Jawabanku masih sama," ujarku tegas. Terdengar enggan untuk membaca surat itu sebelum memberi jawaban.

"Kali ini Huangdi hanya menanyakan kabarmu. Ia ingin kau yang membalas pesannya."

"Itu hanya basa-basi. Pada akhirnya akan ada surat lagi untuk menanyakan kapan aku akan pulang atau posisi apa yang kuinginkan," ujarku malas.



Srek srek srek srek srek


Suara langkah kaki menginjak dedaunan kering yang terdengar membuatku dan juga Mingyu saling memandang satu sama lain. Langkah kaki itu terdengar banyak, atau paling tidak seseorang berlari dengan tergesa-gesa.



Tok Tok Tok Tok Tok


Suara pintu depan yang tiba-tiba diketuk itu membuatku dan juga Mingyu sama-sama saling melempar pandangan ke arah pintu depan yang tertutup rapat. Siapa orang yang datang? Kenapa mengetuk dengan tidak sabaran?

"Tidak ada yang tahu siapa kita sebenarnya... kan?" tanya Mingyu sedikit ragu.



Tok Tok Tok Tok Tok


Mask [EXO and Seventeen Imagine Series]Where stories live. Discover now