[Jeonghan's POV] - Permata Dalam Tumpukan Batu

2.8K 452 9
                                    

Update~


Happy reading!^^



~°~°~



Aku sudah tahu kalau Baekhyun berpotensi menjadi seorang wangseja sejak awal. Aku tahu Baekhyun dikaruniai kecerdasan yang luar biasa sejak dia dilahirkan.

Tapi aku tidak tahu kalau dia mampu membuatku tidak berkutik ketika pertemuan darurat itu berlangsung. Aku tidak tahu kalau kecerdasannya mampu mengalahkan ilmu dan pengalaman yang kupunya. Ini pertemuan darurat terburuk yang pernah kuikuti.

"Ya ampun Orabeoni...!"

Aku tersentak begitu mendengar suara (y/n) yang biasanya terdengar lembut itu memekik. Aku sontak menoleh ke arahnya yang duduk di hadapanku. Dia melipat tangannya di depan dada dengan bibir mengerucut. Ya ampun imut sekali... Tapi kenapa dia melakukan itu? Memangnya aku melakukan sesuatu?

"Apa yang tadi kukatakan?"

"Meneriakiku?" ujarku ragu sehingga kalimat itu lebih terdengar sebagai pertanyaan daripada sebuah jawaban.

"Ya ampun, Orabeoni...! Aku tadi bercerita panjang lebar! Orabeoni tidak mendengarku?"

Wajahnya semakin tertekuk. Tapi bukannya merasa bersalah, aku justru terkekeh geli karenanya. Dia sungguh menggemaskan walaupun topengnya tidak dilepas.

"Orabeoni... Kenapa malah tertawa?!" protesnya.

"Jinjjayo? Kau bercerita panjang lebar? Apa yang kau ceritakan?" tanyaku kemudian kembali terkekeh.

"Orabeoni...!" rengeknya. "Ahh jinjja... Orabeoni menyebalkan seperti Baekhyun!"

"Baekhyun? Kau menceritakan Baekhyun?" tanyaku.

"Aku tidak mau mengulang cerita!"

"Kau marah?"

"Tidak!" sahutnya cepat.

"Yakin?" tanyaku, sengaja menggoda.

"Iya, yakin. Yakin kalau aku marah!"

Aku kembali terkekeh kemudian mengusap kepalanya. "Apa yang harus kulakukan supaya kau berhenti marah?"

"Aku mau sesuatu yang cantik."

"Perhiasan?" tanyaku memastikan.

Ia mendengus keras, tangannya dilipat di depan dada. "Memangnya hanya perhiasan yang cantik di dunia ini?"

"Aku punya ide yang pastinya kau sukai," ujarku.

"Mwo?" tanya (y/n) yang kini menghindari tatapanku.

"Kau ingin sesuatu yang cantik kan? Bagaimana jika kita keluar dan mencarinya?" usulku.

"Mwo?! Orabeoni mau membawaku-"

"Stttt...!" Aku menaruh telunjukku di depan bibirnya agar (y/n) diam. "Jangan berisik. Kita akan menyamar dan pergi."

"Topengku? Apa aku boleh melepasnya?"

"Tidak. Tapi kau harus menggantinya dengan yang lebih sederhana. Yang kau pakai terlalu mewah."

"Orabeoni yakin? Bukannya Orabeoni tidak pernah keluar Istana?"

"Aku pernah melakukannya sekali," sahutku lalu agak menjauhkan tubuhku darinya.

"Mwo?! Kenapa Orabeoni tidak- ohh ya ampun, sepertinya aku satu-satunya orang yang tidak pernah keluar dari Istana," keluhmya.

Mask [EXO and Seventeen Imagine Series]Where stories live. Discover now