[(y/n)'s POV] - Firasat

1.8K 304 89
                                    

Yuhu~

Siapa yang nunggu menjelajah ke negeri sebelah bareng Wen Junhui???

Yuk langsung dibaca! Jangan lupa dikomen biar lebih cepet updatenya wkwkwk

Pssttt...

Nanti ada tokoh baru :v /spoiler/


Happy reading!^^



~°~°~



"Junhui-ya..."

Aku menautkan jemariku dan merapatkan tubuhku dengannya. Jantungku berdebar. Aku semakin merasa gugup selepas pamit dari abeoji dan juga eomma. Mereka menitikan air mata. Bahkan, Selir Min –eomma Jisoo dan Kyungsoo Orabeoni– juga tampak berat melepasku ketika aku pamit kemarin. Ketiganya adalah orangtua yang baik. Mereka mencemaskanku, tapi berusaha keras terlihat bahagia dengan keputusanku. Mereka bahkan mengatakan hal yang sama.

"Kau sudah dewasa. Jalanmu telah terbuka lebar. Sekarang kau sudah menjadi pendamping dari seorang pria hebat. Ikuti dia ke mana pun dia pergi, lakukan hal-hal baik bersamanya. Dia akan menjagamu. Kau harus merawat dan mendahulukan kepentingannya."

Aku menoleh ketika Junhui meremas tanganku pelan. Ia tersenyum tipis, tampak lebih manis di mataku.

"Jangan khawatir. Aku berjanji akan membawamu berkunjung ke tempat ini kelak. Kau juga takkan kesepian di sana. Bukankah kau ingin cepat punya anak? Kau bisa bersamanya ketika aku bertugas," ujarnya.

Kalimatnya yang menyinggung soal anak membuatku malu. Aku menyenggol bahunya, berusaha terlihat kesal.

"Usiaku masih tujuhbelas tahun."

"Tapi kau sudah menjadi pendampingku," sahutnya.

Aku menyipitkan mataku dan memberinya tatapan tajam. "Kau pasti terlalu banyak berbicara dengan Baekhyun. Kau jadi menyebalkan."

Junhui tertawa pelan. Aku hanya mendengus menatapnya lalu mempercepat langkah karena menyadari bahwa kendaraan yang akan membawaku sudah berada di ujung jalan.


"Hya... Anak manja."

Baekhyun melempar sebuah kotak kayu berwarna coklat tua dengan ukiran beralur ketika aku tiba. Aku spontan menarik tanganku dari Junhui dan menangkapnya. Untung saja... Kalau meleset, itu akan menyakitkan.

"Tidak punya perasaan!" umpatku.

Baekhyun hanya mengangkat bahunya acuh tak acuh lalu memalingkan wajah. Aku berdecak sebelum membuka kotak. Isinya sebuah ketapel. Tapi warna dan bentuknya agak berbeda dari milik Baekhyun.

"Apa-apaan ini?!" pekikku.

"Apanya?" sungut Baekhyun. "Terakhir kali kau menantangku bermain panahan. Lain kali, ketika kau pulang, aku akan menantangmu bermain ketapel. Aku memberimu ketapel supaya kau bisa berlatih di sana. Murah hati bukan? Tidak sepertimu yang menantang pemula menyedihkan."

Dia dendam ya?

"Ahh molla... Aku akan tetap bermain panahan di sana. Kalau aku punya anak laki-laki, baru kuberikan padanya," sahutku.

Baekhyun membulatkan matanya. "Hya... Kau mau merusak citramu ya? Jadilah perempuan sungguhan di sana! Jangan main panahan terus."

"Jadi maksudmu aku bukan perempuan sungguhan?!"

"Sudah, jangan bertengkar terus."

Aku dan Baekhyun berhenti ketika suara Jeonghan Orabeoni terdengar. Baekhyun mendelik, sedangkan aku menoleh dan melambaikan tanganku.

Mask [EXO and Seventeen Imagine Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang