[Jisoo's POV] - Berlian Dalam Kegelapan

2K 362 87
                                    

Baik nih update lagi wkwkwk


Happy reading!^^



~°~°~



"Jisoo Gun... apa ada yang mengganggumu?"

"Hmm?" Aku yang beberapa saat lalu kehilangan fokus itu menoleh. Melihat salah satu anak buahku, Yochun, yang tengah memberi hormat di hadapanku.

"Jisoo Gun telah melamun cukup lama," ujarnya kemudian mendongak menatapku meski kepalanya tetap sedikit menunduk dengan hormat.

Aku tersenyum meski mungkin terlihat dipaksakan. "Aku tidak papa."

Aku bahkan tidak tahu kenapa aku melamun beberapa waktu lalu. Ahh ya ampun... Ada apa denganku?

"Kau pasti mengkhawatirkan Gongju kan? Jeosonghamnida, aku tahu aku tidak berhak mengatakan ini, tapi aku yakin (y/n) Gongju berada di tempat yang aman," ujarnya mencoba menenangkan.

Aku yang mendengar itu menghela napas kemudian tersenyum tipis. "Kuharap begitu."

"Ahh ya..." Aku kemudian menatapnya. "Ada apa?"

"Apa kita perlu berkemah di sini?" tanyanya sopan. "Aku sudah memeriksa segala tempat dan ini adalah tempat yang aman untuk beristirahat."

Aku mendongak. Menatap langit yang mulai berubah oranye. Tanda kalau sebentar lagi akan berubah menjadi gelap.

Aku ingin segera sampai di perbatasan dan menyelesaikan sengketa agar cepat kembali untuk menyaksikan Jeonghan jatuh tersungkur di bawah kaki Baekhyun dengan mata kepalaku sendiri sebelum kembali mencari (y/n). Tapi, para prajuritku terlihat lelah. Aku tidak bisa egois. Mereka perlu istirahat.

Aku mengerti. Beberapa dari mereka diperintah Jeonghan untuk mencari (y/n) sebelum berangkat. Memaksakan mereka juga bukan sesuatu yang bagus. Kondisi mereka tidak akan stabil ketika sampai di perbatasan.

Aku kembali menatap Yochun. "Segerakan bangun tenda dan beristirahat. Aku akan berkeliling sebentar."

"Ne." Yochun membungkuk ke arahku kemudian bergegas pergi melaksanakan perintah.

Aku menghela napas sebelum akhirnya bangkit dan mulai melangkah memasuki hutan tanpa seorang pun mengikutiku. Mencoba membuat diriku sedikit lebih tenang dan berhenti memikirkan hal yang seharusnya tidak kupikirkan.


Tapi...



"Argh...!" Aku menendang sebuah pohon di depanku dan mengakibatkan beberapa dedaunan kering berjatuhan.

Aku memejamkan mataku dan menekan kepalaku kuat-kuat.

Aku bodoh...

Aku baru menyadari bahwa aku benar-benar bodoh.



Harusnya sejak awal aku tidak diam. Seharusnya sejak awal aku tak membiarkannya mendapatkan posisi wangseja.

Seharusnya aku membela diri. Seharusnya aku mengatakan kebenarannya. Seharusnya aku membiarkan tahta menjadi tanggung jawabku. Buka menyerahkannya begitu saja hanya karena aku tidak menginginkannya. Karena aku pantas, harusnya aku menerimanya.

Jika saat ini aku yang berada di posisi itu, jika saat ini aku Sang Wangseja, dia tidak akan melakukan hal licik seperti ini. Dia tidak akan membuat (y/n) pergi. Dia juga tidak akan membuatku gelap mata dan menekan (y/n). Intinya, (y/n) takkan menderita.

Mungkin aku takkan jadi sedekat ini dengan (y/n) jika aku menjadi wangseja. Aku takkan membuatnya kagum dan terus berada di sekitarku. Aku juga mungkin tidak menyayanginya sebanyak ini. Tapi aku percaya keadaannya bisa lebih baik daripada ini.




Mask [EXO and Seventeen Imagine Series]Where stories live. Discover now