[(y/n)'s POV] - Separuh Jiwaku

2.3K 421 20
                                    

Update nih~


Happy reading!^^



~°~°~


"Orabeoni... Orabeoni, kumohon bangunlah... Orabeoni..."

Aku tidak tahu berapa banyak air mata yang telah kukeluarkan semenjak Jisoo Orabeoni mengorbankan dirinya demi keselamatanku. Sumpah demi apa pun ini adalah hal paling menyakitkan yang pernah kualami selama tujuhbelas tahun hidup. Melihat Jisoo Orabeoni terbaring lemah tak berdaya dan tak sadarkan diri membuat hatiku rasanya tersayat-sayat. Apalagi aku adalah alasan di balik kejadian ini.

"Orabeoni... Jisoo Orabeoni..." Aku menggenggam tangan Jisoo Orabeoni kuat-kuat. Berharap kalau aku bisa melakukan kontak batin dan membuatnya kembali sadar.

"Baekhyun... Lakukan sesuatu!" rengekku.

Baekhyun yang berdiri di sampingku hanya menatap Jisoo Orabeoni. "Kyungsoo Hyung sedang memanggil tabib."

"Kenapa lama sekali?! Jisoo Orabeoni perlu bantuan sekarang!" protesku.

"Tenanglah, (y/n)!"

Sentakan Baekhyun membuatku kembali diam. Aku begitu panik hingga tidak bisa mengontrol diriku sendiri. Aku baru saja tersadar bahwa Baekhyun sama paniknya denganku. Tapi aku malah memperkeruh suasana hatinya yang sudah tidak karuan itu dengan jeritan frustasiku.

Aku benar-benar takut. Ketakutan terburukku selama tujuhbelas tahun menjalani hidup. Aku takut terjadi sesuatu yang buruk pada Jisoo Orabeoni. Dan memang sudah. Jisoo Orabeoni terluka parah dan tak sadarkan diri. Itu benar-benar buruk. Aku takut kehilangan Jisoo Orabeoni. Ini seperti aku akan kehilangan separuh jiwaku.

Jisoo Orabeoni adalah orang terdekatku. Satu-satunya orang yang tidak pernah membiarkanku kesepian meskipun ia seringkali tidak berada di Istana. Aku selalu bergantung padanya. Dia adalah orang yang paling mengasihiku. Dia segalanya. Dia sama seperti napas. Tanpa bernapas, apa yang bisa kulakukan untuk hidupku?



Kriettt...


Pintu kamar Jisoo Orabeoni yang berderit itu menandakan bahwa pintu terbuka. Menampakkan Kyungsoo Orabeoni, tabib, dan juga dua orang dayang yang masuk ke dalam dengan tergesa-gesa.

"Tolong periksa Jisoo Orabeoni... Ppalli!" desakku.

"Ye, Gongju..." ujar tabib kemudian segera berlutut di samping Jisoo Orabeoni dan mulai memeriksanya sementara aku memerhatikannya dengan cemas. Tak berniat mengalihkan pandanganku barang sedetik saja darinya. Memastikan bahwa dia melakukan tindakan yang benar untuk menyelamatkan Jisoo Orabeoni.

"(y/n)..." Kyungsoo Orabeoni yang berdiri di samping tabib itu perlahan berjalan ke arahku kemudian berlutut. "Biarkan aku mengobati lenganmu."

"Tidak..."

Aku menggeleng kemudian menutup lenganku yang terluka dengan tangan. Meskipun itu terasa begitu perih dan juga menyakitkan, aku berusaha keras untuk bersikap seolah aku baik-baik saja. "Obati aku setelah Jisoo Orabeoni."

"(y/n) Gongju... Jisoo Gun akan marah besar jika tahu kau tidak diobati karena memusatkan perhatian padanya," ujar Kyungsoo Orabeoni tegas dan terkesan lebih formal. Sesuatu yang seharusnya tidak ia lakukan pada adiknya sendiri. Bicara terlalu formal. Itu menggangguku. Dan aku tidak ingin ia menceramahiku dengan kata-kata formal yang singkat lagi. Memanggilku dengan sebutan gongju atau menegurku dengan nada bicara yang dingin.

Mask [EXO and Seventeen Imagine Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang