Part 18: Bayangan

Start from the beginning
                                    

"Yang pertama siapa dong?"

"Leon."

"Nggak kenal. Yaudah gue yang kedua aja."

"Yang kedua gue. Gue udah daftar duluan ke Aksa."

Malvin menoleh ke sebelah kanan. Dimana sumber suara itu datang. Kakak kelasnya yang bernama Alfandra Emirza.

"Ngapain sih bang ikut ikut? Gue jadi yang ketiga kan. Nggaenak tau nggak!" Malvin berkata sambil kembali memutar arah kepalanya. Menghadap seorang perempuan yang melihatnya dengan bingung. "Ada yang udah daftar lagi nggak, Sa?"

"Enggak. Kamu yang ketiga."

Telinga Frans sangat panas. Bisa bisanya membicarakan orang yang jelas jelas ada disana. Apa tadi? Mau menertawakan Frans? Cih! Frans meledek dalam hati. Memalukan.

Hanya karena dirinya amnesia, kenapa semua orang jadi menyalahkannya? Lagi pula Frans juga tidak ingin hilang ingatan. Ini semua bukan kehendaknya.

"Lo sendiri nggak mau ngetawain dia?"

"Ngapain ngetawain sahabat sendiri? Justru bakal seneng banget kalo Frans udah balik."

"Lo budek, ya? Gue bukan sahabat lo! Harus gue apain biar lo paham? Kalo pun sebelum gue kecelakaan gue beneran sahabat lo, berarti amnesia ini cara biar kita nggak saling berhubungan lagi. Lo ngerti nggak sih?"

"Bang, bang! Frans marah!" Malvin mengadu.

"Gue udah denger."

"Lo liat dong wajahnya bocil, langsung pias gitu. Kasian woi. Diem aja lagi."

"Bocil yang mana?"

"Aksa lah. Gimana dong?"

"Gue tau lo sepemikiran sama gue, Vin."

"Ck! Ngga asik lo, bang. Lo apa gue?"

"Lo aja, Frans udah benci banget sama gue kayaknya."

Malvin mencibir. Tapi bagaimanapun juga, ini salahnya. Malvin yang tadi memancing keributan. Seharusnya dia tau, kalau hubungan keduanya memang sedang tidak baik baik saja. Bukan apa apa, Malvin hanya berniat mencairkan suasana dan membantu Aksa berkomunikasi. Mereka satu tim. Tidak enak kan jika tidak saling sapa? Tapi apa daya, caranya salah. Dia yang berbuat. Dia juga yang harus bertanggungjawab.

Perjalanan mereka sudah setengah jalan untuk sampai ke basecamp. Malvin berdiri. Dia mengangkat ransel di pangkuan Aksara dan memindahkan benda tersebut ke tempat duduknya.

"Pindah!" Suruhnya.

Aksa yang sejak tadi diam kini bingung. Kerutan tipis mulai bermunculan di dahinya.

"Ngapain? Nggak mau!"

"Pacar sendiri nyuruh. Masa ngga ditanggepin? Lumayan kan bisa duduk sama pacar satunya," timpal Frans sewot. Ada rasa sebal yang semakin menjadi ketika seseorang bernama Malvin menyuruh Aksara pindah.

Sampai sekarang. Frans belum paham betul apa yang membuatnya sekesal ini. Termasuk ketika Aksa pulang malam bersama Alfa. Sejujurnya, itu bukan urusannya kan?

"Malvin bukan pacar aku."

Kepala Aksa kembali menoleh ke arah manusia yang barusan namanya disebut. "Kenapa pindah?"

"Banyak omong si, bocil. Pindah aja kenapa sih, ah? Ribet bener jadi cewek."

"Vin tap-"

"Sa! Pindah!"

"Nggak mau, Malvin."

"Aksara," nada suara Malvin melunak. Mana ada yang tega membiarkan cewek sepolos Aksa dijejali kalimat kalimat pedas setiap saat? Tangan Malvin meraih pergelangan tangan Aksa yang tertutup sweater hitam.

FRASA [✓]Where stories live. Discover now