Part 9: Lo siapa?

Mulai dari awal
                                    

"Dari tadi juga udah tanya kali," kata Aksa sambil tertawa kecil. Kedua tangannya masih sibuk membersihkan kacamata.

"Cewek yang waktu itu ke rumah, itu siapa?"

"Lah? Mana aku tau. Orang dia ke rumah kakak, bukan rumahku."

Aksa sebenarnya tau betul siapa yang dimaksud Risya. Tapi entahlah, hanya kalimat itu yang keluar dari bibirnya.

"Oh, Sania?"

Aksara meralatnya. Merasa bersalah pada Sania jika ia berpura pura tidak tau. Ia juga tak paham. Tadi tidak bermaksud berucap begitu. Hanya saja, mulutnya tidak bisa diajak kompromi.

"Iya itulah pokoknya. Dia sempet ke rumah lagi. Tapi bunda pas nggak ada. Bunda juga nggak suka sama itu cewek. Ngeselin banget nggak sih? Dateng nggak salam, pulang nggak pamit, berasa mantu rumah gue apa."

Gadis berkacamata itu menertawakan Risya yang tengah memasang ekspresi kesal. Namun sejurus kemudian ia sadar.

"Kak Sya nggak boleh ngomong gitu ish."

"Emang kenyataannya gitu, kok. Bangsat banget nggak tuh jadi cewek?!"

Aksara hanya mengedikkan bahu. Tidak terlalu menanggapi ucapan tetangga sekaligus kakak dari sahabatnya itu yang terkesan menjelek-jelekkan Sania.

"Sok cantik," imbuh Risya.

"Kak Sya baik sama aku sama Leon. Sama Sania kok gitu amat?" Aksara bertanya karena menang benar benar penasaran.

"Beda konteks. Bukan karena lo sama Leon sahabatnya Frans dan gue kenal. Tapi lebih pada tingkah kalian yang jelas jelas beda. Gue dulu juga susah nerima kehadiran Leon. Lo tau kan kalo gue susah berinteraksi sama orang baru? Tapi ya lama lama biasa, soalnya lama lama gue tau kalo Leon baik. Dan sejak awal ketemu dia emang baik. Lah si bangke yang satu ini? First impression aja gue udah gedeg sama dia!"

"Sania baik kok sebenernya. Pinter jugak."

"Lo jugak pinter. Tapi mau sepinter apapun kalo gaada akhlak buat apa cobak? Dia udah SMA lho, Sa. Masa iya sih sopan santun aja nggak punya?"

Aksara menghela nafas. Memilih mengiyakan saja. Percuma. Risya tetaplah Risya. Pandangannya terhadap seseorang tidak akan berubah hanya karena "katanya".

Beberapa menit kemudian mereka habiskan dengan ngobrol ngobrol santai dan foto foto. Sampai akhirnya pesanan mereka datang.

Risya dan Aksara sama sama telah selesai menghabiskan makanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Risya dan Aksara sama sama telah selesai menghabiskan makanan.

"Jadi, mau tanyak apa?" Aksa kembali memulai pembicaraan. "Jangan serius serius dong, Kak. Kita tuh nggak pantes ngomong serius," terangnya lagi setelah melihat wajah aneh Risya.

"Tadi Frans ngajak ngomong?"

Aksara tampak berpikir sejenak. Kemudian mengangguk.

"Ngomong apa?"

FRASA [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang