Part 31

127K 12.8K 2K
                                    


HAPPY READING YA🤗


Saat ini Viona dan Revan tengah berada diruang tengah, ada Dirga juga disana. Sedangkan Airin entah sedang dimana Bundanya itu. Viona terus-terusan menempel pada ayahnya yang sedang fokus pada layar televisi. Airin tiba-tiba datang dan ditangannya sudah terdapat kotak P3K.

"Sini muka kamu!" Kata bunda tajam.

Airin meringis pelan, "Ya ampun Revan, kamu ini ngapain coba berantem-berantem gini." Omel Airin dengan tangannya yang terus bergerak mengobati luka pada wajah putranya itu.

"Kalo dia gak usik Viona, Revan gak akan cari masalah duluan Bunda." Gerakan tangan Airin langsung terhenti, begitupun dengan Dirga yang langsung menatap Revan.

"Dia sakitin Viona?"

"Ya dia cari masalah." Gumam Revan pelan, karena dia bingung sendiri harus menjelaskan bagaimana.

Tangan Airin langsung mengusap kepala Revan. "Terus lindungin adik kamu ya, jaga Viona."

Pandangan Viona dan Revan bertemu. Mereka masih terdiam dengan pandangan yang masih bersatu, Viona mencengkeram erat pinggiran sofa yang tengah ia duduki. Kemudian ia memalingkan wajahnya sambil berdeham pelan.

Dirga berdiri kemudian menepuk pundak Revan. "Yang kamu lakuin sudah benar, nak. Sudah tugas kamu menjadi seorang kakak." Revan hanya membalasnya dengan senyuman tipis.

Setelah selesai mengobati semua luka Revan, kini Airin berjalan ke arah Viona. Menyuruhnya untuk mendongak.

"Duh lukanya dipipi lagi," gerutu Airin sambil menatap luka cakaran yang berada pada pipinya.

"Enak aja tadi dia bilang gitu! Gak lihat apa ini anak Bunda juga luka gini!" Kesal Airin, yang dimaksud 'dia' oleh Airin adalah ibunya Citra. Beliau mengamuk tidak terima ketika melihat penampilan anaknya yang sangat jauh dari kata baik. Jika Viona hanya mendapat satu luka cakaran, berbeda dengan Citra yang entah mendapatkan berapa banyak luka cakaran.

"Sini Bunda obatin," Viona hanya menurut.
Tadi ketika di ruang konseling, Bu Shinta memutuskan untuk menskorsing dirinya selama satu minggu, awalnya beliau memutuskan hanya tiga hari saja. Tapi lagi-lagi ibu Citra tidak terima karena menurutnya itu tidak sebanding dengan apa yang Viona perbuat. Begitu pula dengan Revan yang mendapat jatah skorsing selama satu minggu bersama Angga pula tentunya.

"Pasti nanti ada bekasnya ini. Nanti kalo udah kering ikut Bunda ke klinik kecantikan ya? Nanti Bunda tanyain sama dokter gimana biar lukanya gak ada bekasnya," jelas Airin sambil menempelkan hansaplast dipipinya.

Viona hanya meringis pelan, Bundanya memang sangat berlebihan.

"Gak pernah ada yang gangguin kamu lagi kan Vi?"

Viona terdiam sebentar, lalu tertawa. "Ya nggak lah bunda, gak ada yang suka gangguin aku sama sekali. Sekalinya ada yang gangguin kan tadi juga sama Vio dibalas," bohong sekali dia.

"Bener Van?"

Viona langsung menatap Revan memberikan kode untuk mengangguk.

"Hmm,"

"Awas kalo kamu bohong."

Viona hanya terkekeh kecil.

"Kenapa kamu cakar dia? Bikin dia acak-acakan?" Tanya Dirga yang baru saja datang dengan majalah yang sudah berada di genggamannya.

Viona hanya menyengir lebar, namun seketika ekspresinya berubah menjadi kesal ketika mengingat kembali betapa liciknya cewek itu. "Dia mau jebak Viona! Dia tiba-tiba nampar dirinya sendiri, jambak rambutnya sendiri. Ya udah Vio lanjutin aja, tanggung."

REVANOWhere stories live. Discover now