Part 20

135K 12.6K 795
                                    

Yang penting malem, dah lah ya Happy Reading 💕

***

Viona mencoba untuk membuka matanya yang rasanya sangat sulit untuk dibuka. Ia mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang ada. Butuh beberapa kali kedipan hingga pandangannya fokus. Yang terakhir kali diingatnya adalah dia pergi menuju minimarket untuk membeli minum dan saat disana tiba-tiba kepalanya benar-benar pusing dan seketika pandangannya gelap. Aroma obat-obatan yang tajam dan keadaan yang serba putih meyakinkan kalau dirinya benar-benar berada di rumah sakit.

Wow perfect day!

Viona mencoba duduk dan seketika rasa pening yang luar biasa menyergapnya. Ia mengernyit ketika sepasang lengan membantunya untuk duduk. Ia mendapati Revan, Viona menatapnya sekilas kemudian mengabaikannya.

"Minum?" Viona mengangguk. Revan membantunya untuk minum.

"Gue kabarain dulu bunda." Katanya kemudian pergi untuk menelpon bundanya.

"Bunda dimana?" Tanya Viona, suaranya serak dan pelan ia benar-benar lemas.

"Ke musholla sama ayah."

Viona kembali membaringkan tubuhnya, dengan sigap Revan pun langsung membantunya. Viona tidak butuh, sungguh!

"Sorry." Gumamnya.

Viona berbaring memunggungi Revan. "Gue capek. Mau istirahat."

Ia merasakan Revan mengecup belakang kepalanya."Good night."

Satu kecupan mendarat lagi disana."Have a nice dream."

Kali ini Revan mengecupnya cukup lama. "And i'm sorry." Bisiknya.

Viona mencengkram erat selimutnya, menahan agar jantungnya tidak meledak sekarang juga.

***

Viona membuka matanya, mengerjapkan matanya beberapa kali, kepalanya sudah terasa ringan. Tidak sepusing tadi.
Viona menoleh ke samping dan mendapati Revan yang duduk di kursi sebelah ranjang. Ia merebahkan kepalanya disisi tempat tidur Viona. Semalaman Revan tertidur dengan posisi seperti ini?

Tangan Viona terulur untuk mengusap kepalanya. Namun urung ketika tiba-tiba pintu kamar mandi ruang inapnya dibuka dan menampakkan Airin. Senyumnya merekah ketika mengetahui Viona bangun.

"Viona udah bangun?!" Pekik Airin nyaring. Viona meringis pelan ketika melihat Revan dan Ayahnya yang terbangun. Ya memang senyaring itu suara Bundanya.

"Bunda panggil dokter dulu. Ayah ikut Bunda." Ajak Airin. Sambil menyeret Dirga untuk keluar.

"Ada yang sakit?" Viona menatap Revan sekilas kemudian menggeleng pelan.

"Gak."

"Butuh sesuatu?"

"Gak usah sok peduli sama gue!" Tegas Viona.

"Oke gue minta maaf soal kejadian kemaren, gue gitu juga karena lo yang mulai!"

Viona menganggukkan kepalanya. "Iya gue yang mulai, sorry." Gumam Viona.

Keadaan hening sejenak. "Jam berapa sekarang?"

Revan merogoh ponsel dari dalam sakunya, melihat jam yang tertera disana. "4 subuh."

What?! Selama itu gue tidur?

Kemudian keadaan kembali hening tidak ada pembicaraan diantara mereka. Viona tidak tahu sikapnya pada Revan kali ini benar ataukah tidak. Seharusnya Revan yang marah dengan dirinya kan? Tapi ketika mengingat kejadian kemarin saat Revan mengabaikannya membuat hatinya sakit. Ah sudahlah ini juga salah dirinya.

REVANOWhere stories live. Discover now