Part 24

122K 11.8K 1.5K
                                    

Happy Reading ya!💕



***

Perasaan marah masih tercetak jelas pada Revan. Wajah cowok itu merah padam, urat-urat lehernya terlihat jelas. Setelah  Viona pergi meninggalkannya dengan emosi yang tinggi kemudian ia melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, dan akhirnya dia sampai dirumah. Tatapan bingung langsung ia dapatkan dari Airin ketika baru saja memasuki rumah. Airin terlihat menengok ke belakang Revan.

"Viona mana?" Revan sudah menduganya. Ia tersenyum kemudian mencium punggung tangan Airin.

"Mau pulang sendiri katanya, kumpul eskul," jawab Revan terpaksa ia berbohong, karena dirinya tidak ingin Bundanya mengetahui kalau dia dengan Viona belum berbaikan.

"Kamu bohong, Bunda tahu kamu. Kalian belum baikan kan?"

Revan lupa kalau ia tengah berbohong kepada seseorang yang telah mengenalnya lebih dari siapapun. "Viona beli es krim dulu, gak mau sama Revan."

Bibir Airin terlihat mengerucut, Revan jadi gemas sendiri ya ampun. Dirinya langsung memeluk bundanya sambil terkekeh pelan.

"Revan sama Viona gak kenapa-kenapa Bunda..."

"Baikan dong."

"Iya Bundaku sayang." Revan melepaskan pelukannya kemudian meninggalkan satu kecupan pada pipi kiri Airin.

"Revan ke kamar dulu ya Bunda." Pamit Revan setelah itu ia berjalan menaiki tangga. Mata Revan langsung melebar kala ia membuka pintu kamarnya, ia menganga ketika melihat kondisi kamarnya yang—— ya ampun sangat jauh dari kata rapi.

Bertepatan dengan itu terdengar Airin yang berteriak. "Van ada teman-teman kamu dikamar." Udah tau!

"Keluar lo semua!" Kata Revan tajam, semua pasang mata langsung menatap Revan.

"Woy bro lo udah balik?" Tanya Ogi dengan tidak tahu malunya.

"Keluar lo semua!" Ulang Revan.

"Pemes lo?" Radit bertanya dengan cekikikan.

Revan menghembuskan napasnya lelah. Tidak ada gunanya berdebat dengan para temannya yang mungkin urat malunya sudah putus. Ia kemudian menghempaskan tubuhnya disamping Andra. Matanya terpejam, kilasan kejadian tadi berputar kembali dikepalanya. Tanpa sadar tangannya mengepal kuat.

"Gue peluk jangan?" Tanpa membuka matanya pun Revan tahu siapa yang berbicara. Makhluk disampingnya.

"Grepe-grepe sekalian Dra." Sahut Ogi disusul oleh tawa semuanya.

"Berisik!"

"Besok kan tim basket kita mau lawan SMA Cakrawala. Nah pak Ardi suruh kita dateng pagi-pagi, mau ada yang diomongin katanya." Ucap Andra yang langsung mendapatkan anggukan dari semuanya.

"Hati-hati mereka suka main kasar." Kata Revan memperingati.

"Lo yang harus hati-hati Van, pasti mereka ngincer lo. Lo kaptennya, lo yang paling ganteng, lo yang paling jago, pasti mereka ngincer lo lah." Ucap Adit panjang lebar.

"Terimakasih atas perhatian dan pujiannya." Revan langsung mendapatkan toyoran pada kepalanya.

Revan bangun dari posisi berbaringnya kemudian terdiam sebentar. "Gue mau nanya." Ucapnya tiba-tiba.

"Iya beb tanya apa?" Revan bergidik sendiri menatap jijik Ogi.

"Jadi ceritanya mau curcol nih?" Sahut Radit. Revan menatap Andra yang sedari tadi hanya diam. Tumben.

"Gue langsung peragain. Lo kesini!"

Kening Ogi berkerut ketika Revan menunjuknya. "gue?" Revan hanya berdehem.

REVANOWhere stories live. Discover now