Part 18

125K 12.4K 703
                                    

***

Happy Reading

Bego! Stupid! Goblok! Gak tahu diri! Gak bisa membanggakan orang tua! Shit!

Viona terus mengumpati dirinya sendiri, entah sudah berapa banyak kata umpatan yang keluar dari bibirnya. Ia terus merutuki kebodohannya. Sepanjang hari ia hanya bergelung didalam selimut tebal, matanya sembab karena terlalu banyak menangis. Hujan diluar seolah-olah  mendukung keadaanya. Entah sekarang sudah pukul berapa Viona tidak mengetahuinya, ia beralasan tidak enak badan agar ia tidak berangkat ke sekolah.

Semalam Dannia memberi tahu hasil dari olimpiade waktu lalu. Tidak ada yang salah dengan Dannia, ia hanya menyampaikan apa yang diperintahkan oleh pak Harto. Tapi saat Viona melihat hasilnya ia benar-benar kecewa dengan dirinya sendiri. Revan ada di posisi pertama begitupun dengan Angga, dan Dannia ada diposisi kedua. Dan dirinya? Ke sepuluh. Sehabis itu ia mengurung diri dikamar dengan terus menangis, entahlah Viona hanya merasa gagal.

Ceklek.

Viona mendengar langkah kaki yang semakin dekat. Ia mengeratkan selimut tebalnya tanpa berniat melihat siapa seseorang yang sekarang berada didalam kamarnya.

"Makan sayang, dari pagi belum makan." Viona mendesah lega, ternyata Airin.

"Bunda tau kamu gak tidur. Ya kali dari semalem tidur melulu, nanti mata kamu bengkak loh." Lanjutnya lagi.

Dengan refleks Viona menyingkap selimut yang sedari tadi malam setia membungkus tubuhnya.

"Bunda ih..." Viona merajuk.

Airin menutup mulutnya, kaget melihat keadaan Viona yang jauh dari kata baik.
"Tuh kan bunda bener mata kamu..." Airin tidak melanjutkan kembali ucapannya ia hanya tertawa kecil melihat putrinya cemberut.

"Ayo makan."

"Vio gak laper."

"Nanti mag kamu kambuh sayang."

"Viona gak peduli."

"Tapi bunda peduli. Ayo makan, lima suap aja. Bunda janji!" Ucap Airin sambil mengarahkan jari kelingkingnya.

Viona tersenyum, ia duduk kemudian menautkan jari kelingkingnya. "Janji ya bunda."

"Iya..."

Dengan malas Viona menerima suapan yang diberikan oleh bundanya. Tidak ada pembicaraan diantara mereka Viona makan sambil menatap kearah jendela menampakkan hujan yang cukup deras.

"Revan belum pulang bunda?" Tanya Viona menyadari kalau ia belum melihat Revan dari pagi, biasanya cowok itu yang sangat rusuh kalau Viona telat makan.

"Belum. Hujan soalnya." Viona mengangguk dia sedikit bersyukur, ia belum ingin bertemu dengan Revan. Rasanya ia malu.

"Bunda ini udah enam loh."

"Ah masa? Salah hitung kali."

"Dari tadi sama Vio dihitung."

"Oke, oke." Airin menyodorkan segelas air putih.

"Mau cerita sama bunda?" Tanya Airin ketika melihat putrinya akan kembali meringkuk dibawah selimut.

"Bunda bobo sini." Viona menepuk-nepuk kasur samping kirinya.

"Dengan senang hati."

Viona langsung memeluk bundanya, sesekali mencium pipinya. Dada Viona terasa sesak, kenapa wanita yang ada disamping ini bukan ibu kandungnya?

REVANOWhere stories live. Discover now