Part 6

203K 18.8K 1.3K
                                    

Happy Reading<3

Sebelum baca vote dulu okay:)

Viona menatap sengit kearah Tasya. Dalam benaknya ia bingung apa yang gadis itu inginkan darinya? Apa untungnya ketika Tasya terus memaki dirinya. Membuat malu Viona sehingga Viona terlihat hina dipandangan orang-orang.

Setelah mendengar ucapan Tasya kali ini, rasanya emosi Viona sudah tidak bisa ia tahan lagi.

"Gue yakin lo anak dari seorang pelacur, habis itu lo dibuang. Dan gue yakin sifat ibu kandung lo bakal turun sama lo,"

"Maksud lo apa?!" Tanya Viona tajam.

"Gue bener kan? Hati-hati deh Van, takut lo digodain." Ucap Tasya dengan tawa renyah yang menyertainya.

"Jaga ucapan lo!" Revan menatap dingin Tasya.

"Heh? Gue bener" Tasya kembali tertawa. "Lo belum di goda godain sama nih cewek kan Van?"

"Gue bilang jaga ucapan lo!" Bentak Revan.

Kelas seketika hening, tidak ada yang berani berbicara sama sekali. Raut wajah Tasya juga berubah, terlihat ketakutan. Ia berdehem pelan kemudian menampakan ekspresi santainya kembali.

Viona terdiam, tangannya yang gemetar terkepal kuat. Ada rasa sesak yang menghimpit pada dadanya.

"Dra." panggil Viona pada Andra dengan suara yang bergetar.

Andra langsung menatap Viona. Ia ingin ikut campur akan tetapi dia sadar ini bukan urusannya.

"Ini cewek yang lo cinta? Cewek yang lo perjuangin? Yang lo rela ngelakuin apa aja buat bikin dia bahagia? Dia?!" Viona menunjuk Tasya. Kilatan amarah terlihat dikedua manik Viona. Biarkan ia melawan untuk kali ini saja.

"Cewek yang gak lebih dari apa yang namanya sampah!"

Tasya menghampiri Viona dengan rahang yang mengeras. Kemudian,

Plak!

Satu tamparan mendarat di pipi kiri Viona. Ia terpaku merasakan pipinya yang terasa kebas, tamparan Tasya Viona akui sangat keras sampai ia merasakan ujung bibirnya sedikit mengeluarkan darah.

Viona was-was melihat Revan yang berjalan kearah Tasya. Ia mendorong dada Revan yang akan menghampiri Tasya.
Viona menggeleng pelan, menatap Revan dengan tatapan memohon.

"Kenapa huh?!" teriak Tasya mengubur dalam-dalam rasa takutnya.

Viona memeluk Revan takut jika dia tidak dapat mengendalikan emosinya. Napas Revan memburu, jantungnya berdegup kencang.

"Jangan... Gue mohon," ucap Viona pelan.

Viona semakin mengeratkan pelukannya, ketika Revan mencoba untuk melepaskan pelukan Viona. "Dia perempuan Van, jangan main tangan," suara Viona terdengar bergetar.

"Gue gak mandang cewek atau cowok! Selama dia nyakitin lo, dimata gue mereka sama," balas Revan, menatap sengit kearah Tasya. Dan yang ditatap hanya tersenyum remeh.

"Anggap aja Tasya itu gue," Gumam Viona.

"Dia sama lo beda Vi!"

"Tapi dia perempuan Van, jangan..." Lirih Viona tubuhnya benar-benar lemas, rasanya ia akan ambruk sekarang juga. Dia merasakan tubuh Revan sudah melemah.

"Lo yang sampah! Lo itu dibuang sama kedua orang tua lo! Lo gak lebih dari sampah yang didaur ulang sama keluarga Revan," ucapan Tasya menghantam keras hati Viona.

Satu tetes air mata mengalir pada pipinya. Kenapa sulit sekali menahannya agar tidak keluar, Viona tersenyum getir lalu menatap Tasya. "Makasih," ucap Viona setelah itu ia menlangkahkan kakinya yang terasa sudah seperti jelly untuk keluar dari kelas IPA 1.

REVANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang